TEMPO.CO, Kediri - Sejumlah kiai sepuh Nahdlatul Ulama berkumpul di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Rabu, 10 Juni 2015. Pertemuan untuk membahas pelaksanaan muktamar organisasi kemasyarakatan terbesar itu di Jombang, Jawa Timur, pada awal Agustus 2015.
Dihadiri Rais Syuriah Pengurus Wilayah NU Jawa Timur KH Miftahul Ahyar, pertemuan tersebut untuk membahas strategi pemilihan ketua umum yang hingga kini masih belum disepakati. Dua model pemilihan yang masih menjadi perdebatan ialah pemilihan langsung dan dipilih tim formatur.
Pertemuan itu berlangsung di kediaman KH Anwar Manshur dan digelar secara tertutup. Kiai sepuh yang hadir, antara lain KH Anwar Manshur, KH Kafabihi Mahrus, dan KH Habibuloh Zaini dari Lirboyo; KH Zainudin Dzazuli dan Kyai Nurul Huda dari Pesantren Al Falah, Ploso, Kediri; KH Mas Subadar dan KH Idris Samid dari Pasuruan; KH Miftahul Ahyar dari Surabaya; serta KH Anwar Iskandar dari Pesantren Al Amin, Ngasinan, Kediri.
Seorang peserta pertemuan yang tak bersedia disebutkan namanya mengatakan, forum kiai sepuh tersebut membicarakan seputar tata cara pemilihan ketua tanfidziyah NU. Saat ini dua nama yang muncul sebagai kandidat adalah KH Salahuddin Wahid (Gus Solah) dan KH Said Aqil Siradj. "Para kiai menghendaki model pemilihan ketua lewat AHWA (formatur)," katanya kepada Tempo.
Menurut sumber tersebut, para kiai berpendapat proses pemilihan akan lebih cepat jika hanya dilakukan oleh para kiai sepuh. Karena itu formatur nanti diharapkan diisi oleh para kiai sepuh saja. "Lebih jelasnya nanti tanya kiai," ujarnya.
Hingga saat ini sejumlah delegasi muktamar masih belum bulat soal mekanisme pemilihan. Sebagian delegasi menghendaki pemilihan langsung dan tidak melalui AHWA. "Buat apa pemilihan kalau diwakilkan," kata Ketua Pengurus Cabang NU Kota Kediri Ahmad Subakir.
Muktamar NU ke-33 dilaksanakan pada 1 hingga 5 Agustus 2015. Empat pondok pesantren tua bakal menjadi tuan rumah, yaitu Pesantren Tebuireng, Denanyar, Tambakberas, dan Darul Ulum.