Guruh Luruskan Salah Kaprah Sejarah Bung Karno, Apa Saja?  

Reporter

Senin, 8 Juni 2015 18:15 WIB

Putra mantan Presiden RI Soekarno (Bung Karno) Guruh Soekarnoputra saat berikan sambutan pada peringatan Hari Lahir 112 Tahun Bung Karno di Gedung Perintis Kemerdekaan, Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, (6/6). TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Guruh Sukarnoputra, putra Presiden pertama Indonesia Sukarno, mengungkapkan beberapa koreksi atau pelurusan terkait pemahaman masyarakat yang dianggapnya keliru tentang mendiang ayahandanya yang sering dijuluki "Sang Proklamator" itu. Sabtu 6 Juni 2015, saat berpidato dalam acara penerbitan Buku "Di Bawah Bendera Revolusi (Jilid II)" di Gedung Pola, Jakarta, Guruh berbicara panjang soal banyaknya kesalah kaprahan yang selama ini terjadi. Acara itu sekaligus digelar untuk merayakan 114 tahun kelahiran Sukarno. (Baca: Jokowi Salah Sebut, Netizen: Ngakak Sampai Merauke)

Misalnya saja soal tempat lahir Sukarno. Menurut Guruh, urusan tempat tanggal lahir, juga banyak yang salah. "Di buku-buku pelajaran sekolah dan ensiklopedia masih saja menyebutkan tempat lahir Bung Karno di Blitar, padahal sebenarnya di Surabaya," kata Guruh. (baca:Keliru Soal Kota Lahir Sukarno, Tim Presiden Minta Maaf)

Kesalahan lainnya adalah menuliskan nama presiden pertama Indonesia ini. Menurut Guruh, penulisan nama ayahnya yang bener dengan huruf u. "Yang benar adalah Sukarno, dengan u, bukan Soekarno," tuturnya.

Pernyataan tersebut didukung dengan bukti langsung ucapan Bung Karno yang dimuat dalam halaman 32 buku autobiografinya yang ditulis oleh Cindy Adams. Guruh kemudian membacakan kutipan pernyataan Bung Karno dalam buku berjudul "Sukarno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia" itu. (Baca: Jokowi Salah Ucap, Ini Reaksi Megawati)

"Waktu di sekolah tanda tanganku dieja Soekarno, sesuai ejaan Belanda. Setelah Indonesia merdeka, aku memerintahkan agar semua oe diterjemahkan kembali menjadi u. Nama Soekarno menjadi Sukarno. Tetapi tidak mudah mengubah tanda tangan setelah berumur 50 tahun, jadi dalam hal tanda tangan aku masih menulis Soe," kata Guruh membacakan buku Cindy. (baca juga: 3 Kali Jokowi Keliru: Soal Sukarno Sampai yang Penting Ini)

Hal lainnya yang perlu diluruskan adalah kepanjangan dari kata "Jasmerah" yang merupakan judul pidato kenegaraan Sukarno pada tanggal 17 Agustus 1966. Jasmerah, menurut Guruh, sering disebut pemerintahan zaman Orde Baru supaya konotasinya Bung Karno identik dengan PKI. "Padahal Jasmerah itu kan artinya jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah, tapi orang banyak keliru mengartikannya jadi jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Melupakan dan meninggalkan itu beda jauh," kata Muhammad Guruh Irianto Sukarnoputra itu. (Baca: Jokowi Salah Sebut Kota Lahir Sukarno, DPR: Reshuffle!)

Catatan Guruh selanjutnya adalah soal pemerintahan Sukarno yang disebut sebagai zaman Orde Lama. Putra bungsu Sukarno dari pernikahannya dengan Fatmawati itu membantah pengertian tersebut. "Jika menyebut Bung Karno Orde Lama itu suatu penghinaan. Bung Karno sendiri anti Orde Lama karena Orde Lama adalah keadaan pada saat manusia Indonesia masih dengan mental dijajah atau zaman kolonialisme. Kalau mau bilang ya sebut saja pemerintahan masa Bung Karno, bukan pemerintahan masa Orla," katanya.

Menurut Guruh, berbagai pemahaman yang keliru tentang Sukarno tersebut, dikarenakan praktik politik kaum neokolonialisme dan imperialisme (nekolim) pada masa Orba yang dengan sengaja mematikan atau mengubur dalam-dalam segala fakta tentang Sukarno dan keluarganya, bahkan juga ajaran-ajaran nasionalisme yang digagasnya.(lihat video Cindy Adams Talking about Sukarno)

Bahkan wasiat Bung Karno untuk minta dimakamkan di daerah Priangan, Jawa Barat pun tidak pernah terlaksana karena mantan Presiden Soeharto yang merupakan tokoh utama pemerintahan Orba, memerintahkan agar Bung Karno dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.

"Bung Karno dalam wasiatnya sering bilang, kalau saya meninggal nanti saya ingin dimakamkan di Priangan dimana banyak pegunungan dan sungai mengalir. Saya cukup dikuburkan di sebuah pohon rindang. Makam saya tidak usah diapa-apakan, tidak usah diberi nisan dan tulisan macam-macam. Cukup batu sederhana dengan tulisan Sukarno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia," kenang Guruh.

Guruh pun menyesalkan bahwa perlakuan bangsa Indonesia terhadap Sukarno hingga detik ini masih tidak pada tempatnya. Dia mengklaim bahwa nama besar ayahnya kerapkali hanya dijadikan bahan untuk "jualan" atau sebagai etalase para pemilik kepentingan entah itu pribadi maupun golongan.

"Orang menyatakan diri sebagai pencinta Bung Karno tapi hanya layaknya mencintai selebriti. Mereka hanya mengagumi sosoknya, tapi tidak ada yang belajar pemikiran Sukarno. Jangankan pemikiran, riwayat (hidupnya) saja banyak yang tidak tahu," kata Guruh.

Guruh juga prihatin mengetahui banyak generasi muda yang beranggapan bahwa nama Sukarno selalu identik dengan Hatta, seakan mereka berdua adalah orang yang sama, jadi seperti "Sukarno bin Hatta".

"Menjelang tahun 1985 ketika mau peresmian bandara internasional Cengkareng diberilah nama bandara itu Soekarno-Hatta. Jalan-jalan juga begitu. Seolah-olah Sukarno tidak ada apa-apanya tanpa Hatta, begitu pun sebaliknya. Padahal mereka adalah dua pribadi berbeda yang sama-sama kuat berjuang dengan pemikiran dan gagasan cemerlang hingga mengantarkan bangsa ini menuju kemerdekaan," ujarnya.

ANTARANEWS

Berita terkait

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

6 hari lalu

25 Link Twibbon untuk Semarakkan Hari Kartini 2024

Pemerintah Sukarno memilih hari Kartini untuk diperingati sebagai momentum khusus emansipasi wanita

Baca Selengkapnya

Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

26 hari lalu

Pembentukan Pramuka di Indonesia: Dari Era Belanda hingga Presiden Sukarno

Ekskul Pramuka di sekolah bakal bersifat sukarela seiring dengan Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024. Berikut sejarah panjang Pramuka di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

31 hari lalu

Rangkaian Momen Sebelum Soeharto Naik Menjadi Presiden Gantikan Sukarno 56 Tahun Lalu

Naiknya Soeharto sebagai presiden menggantikan Sukarno berawal dari kemelut politik yang rumit pasca peristiwa G30S

Baca Selengkapnya

Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

7 Februari 2024

Mengenang 31 Tahun Mohammad Natsir Berpulang: Menengok Ide Negara dan Agama

Mohammad Natsir merupakan pemikir, politikus, sekaligus pendakwah.

Baca Selengkapnya

Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

31 Januari 2024

Klaim Prabowo soal Food Estate: Pemikiran Strategis Bung Karno

Prabowo Subianto heran mengapa banyak tokoh nasional yang mempertanyakan urgensi food estate.

Baca Selengkapnya

Suhu Politik Sebelum Peristiwa G30S 1965: Fakta-fakta Angkatan Kelima yang Diusulkan PKI

28 September 2023

Suhu Politik Sebelum Peristiwa G30S 1965: Fakta-fakta Angkatan Kelima yang Diusulkan PKI

Pada 1965 PKI mengusulkan Angkatan Kelima, sebuah matra militer beranggotakan buruh dan tani yang dipersenjatai. Letjen Ahmad Yani menolak ide itu.

Baca Selengkapnya

Siapa Pencetus Nama Pramuka?

14 Agustus 2023

Siapa Pencetus Nama Pramuka?

Nama Pramuka diusulkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang mendapat inspirasi dari kata Poromuko, yang berarti pasukan terdepan dalam perang.

Baca Selengkapnya

Begini Sejarah Awal Mula Masuknya Gerakan Pramuka di Indonesia

14 Agustus 2023

Begini Sejarah Awal Mula Masuknya Gerakan Pramuka di Indonesia

Awal terbentuknya Pramuka di Indonesia ditandai dengan munculnya cabang milik Belanda dengan nama Nederlandesche Padvinders Organisatie pada 1912.

Baca Selengkapnya

Siti Nurbaya Bebaskan Hutan Kawasan Sukapura, Bermula dari Program Transmigrasi Presiden Sukarno

13 Agustus 2023

Siti Nurbaya Bebaskan Hutan Kawasan Sukapura, Bermula dari Program Transmigrasi Presiden Sukarno

Masyarakat di Pekon (Desa) Sukapura, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat menerima SK pembebasan hutan kawasan dari Menteri Siti Nurbaya.

Baca Selengkapnya

LRT Jabodebek Akan Diresmikan: Ini Jejak Trem di Jakarta, Pernah Jadi Denyut Nadi Batavia

8 Juli 2023

LRT Jabodebek Akan Diresmikan: Ini Jejak Trem di Jakarta, Pernah Jadi Denyut Nadi Batavia

Sebelum LRT Jabodebek yang bakal diresmikan bulan depan, Jakarta yang dahulu Batavia hingga pasca Kemerdekaan pernah memiliki moda Trem.

Baca Selengkapnya