Danrem Datangi Keluarga Tokoh Kelompok Bersenjata yang Buron  

Reporter

Senin, 1 Juni 2015 18:54 WIB

Danrem 011 LilaWangsa Kolonel Inf Ahmad Daniel Chardin memberi keterangan kepada wartawan usai melakukan evakuasi dua prajurit TNI unit Intel Kodim 0103 yang tewas dibunuh sekelompok bersenjata api di Alue Mbang, Nisam Antara, Provinsi Aceh. 24 Maret 2015. Danrem siap mengerahkan seluruh kekuatan TNI untuk membantu polisi memburu kelompok bersenjata tersebut. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Lhokseumawe - Komandan Komando Resor Militer 011 Lilawangsa Kolonel (Infanteri) A. Daniel Chardin datang ke rumah orang tua Nurdin Ismail alias Din Minimi di pedalaman Julok, Kabupaten Aceh Timur, Senin, 1 Juni 2015. Din Minimi yang dikaitkan dalam kasus penembakan dua intel Komando Distrik Militer Aceh Utara hingga kini masih buron.

Kepala Penerangan Korem 011 Lilwangsa Mayor Nasrun Nasution mengatakan kunjungan Daniel ke rumah orang tua Din Minimi di Desa Ladang Baro, Kecamatan Julok, sebagai silaturahmi menjelang bulan suci Ramadan 1436 H. “Ini kunjungan silaturahmi biasa jelang Ramadan,” ujar Nasrun kepada Tempo.

Daniel ditemui ibunda Din Minimi, Safiah, istri Din, Linawati, 35 tahun, serta tiga anaknya, Miranda (3), Rizki Maulana (13), dan Mahdalena (9). Daniel berangkat dari Lhokseumawe bersama rombongan dengan menumpang empat unit mobil. Menurut Nasrun selain silaturahmi, kunjungan tersebut juga sekaligus memberikan bantuan sembilan bahan kebutuhan pokok kepada keluarga Din Minimi.

Din Minimi adalah pribadi yang kompleks. Keluarganya bak hidup berkalang derita. Orang tuanya, Amat, sudah terlibat di Gerakan Aceh Merdeka sejak awal gerakan itu didirikan pada 1976. Nama Minimi melekat karena orang tuanya dulu memegang senjata Minimi. Setelah orang tuanya meninggal, Din Minimi juga kehilangan dua adiknya, satu meninggal dalam kontak tembak dengan Tentara Nasional Indonesia saat Aceh masih dalam suasana konflik, adapun satunya lagi hilang tak tentu rimbanya.

Dua tahun terakhir nama Din Minimi membikin heboh. Di sebuah pondok di tengah hutan, bersama beberapa kawannya, dia menyatakan melawan pemerintah Aceh. Alasannya, pemerintahan Aceh di bawah pimpinan Gubernur Zaini Abdullah dan Wakil Gubernur Muzakkir Manaf belum mampu mensejahterakan masyarakat, bekas kombatan GAM, dan korban konflik.

Din Minimi sempat beberapa kali dikepung polisi, tapi berhasil lolos. Pada akhir 2014 polisi menuding kelompok Din terlibat sejumlah kasus penculikan warga sipil di Aceh Utara. Terakhir pada 24 Maret 2015 Din Minimi dikaitkan dengan pembunuhan dua intel komando distrik militer di Desa Alue Papeun, Kecamatan Nisam Antara, Aceh Utara. Pascaperistiwa itu polisi terus memburu kelompok Din Minimi. Belasan orang ditangkap di Aceh Utara.

Akhir Mei 2015 terjadi dua kali kontak tembak di Kabupaten Pidie dan Banda Aceh. Sebanyak empat anggota Din Minimi tewas, dan sejumlah lainnya ditangkap. Adapun Din Minimi hingga saat ini belum berhasil ditangkap.

IMRAN M.A.

Berita terkait

Kapan Pendaftaran Akmil 2024 Dibuka? Ini Jadwal dan Persyaratannya

16 Januari 2024

Kapan Pendaftaran Akmil 2024 Dibuka? Ini Jadwal dan Persyaratannya

pendaftaran online Akademi Militer atau Akmil akan dibuka pada 1 Februari 2024

Baca Selengkapnya

Polda Aceh: Dua Senpi Jenis M-16 Sisa Konflik di Aceh yang Diserahkan Warga Pidie Masih Aktif

8 September 2023

Polda Aceh: Dua Senpi Jenis M-16 Sisa Konflik di Aceh yang Diserahkan Warga Pidie Masih Aktif

Dirreskrimsus Polda Aceh, Kombes Winardy sebut 2 senpi jenis M-16 yang diserahkan warga Pidie pekan lalu masih aktif.

Baca Selengkapnya

Jejak Darah dan Sejarah Rumoh Geudong yang Kini Dirobohkan

25 Juni 2023

Jejak Darah dan Sejarah Rumoh Geudong yang Kini Dirobohkan

Bukti pelanggaran HAM Berat yang terjadi di Rumoh Geudong dirobohkan. Berikut peristiwa sejarah yang terjadi di Rumah Geudong.

Baca Selengkapnya

18 Tahun Lalu, Jurnalis Ersa Siregar Tewas dalam Konflik Bersenjata di Aceh

29 Desember 2021

18 Tahun Lalu, Jurnalis Ersa Siregar Tewas dalam Konflik Bersenjata di Aceh

Jurnalis RCTI, Sory Ersa Siregar tewas dalam konflik bersenjata di Aceh pada 29 Desember 2003.

Baca Selengkapnya

Menantu AM Hendropriyono Jadi Pangkostrad, Ini Penjelasan TNI

23 Juli 2018

Menantu AM Hendropriyono Jadi Pangkostrad, Ini Penjelasan TNI

Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal M. Sabrar menjelaskan soal pengangkatan menantu AM Hendropriyono, Andika Perkasa menjadi Pangkostrad.

Baca Selengkapnya

TNI AD Serah Terimakan Jabatan Pangkostrad dan Asisten Logistik

23 Juli 2018

TNI AD Serah Terimakan Jabatan Pangkostrad dan Asisten Logistik

Serah terima jabatan itu, kata KASAD Jenderal Mulyono, untuk menjaga kesinambungan kepemimpinan dan penyegaran di tubuh TNI AD.

Baca Selengkapnya

3 Perempuan Ini Jadi Pionir Pilot di TNI AD

22 Juli 2018

3 Perempuan Ini Jadi Pionir Pilot di TNI AD

Tiga orang Letnan Dua Cpn, Puspita Ladiba, Feny Avisha dan Tri Ramadhani akan menjadi juru terbang perempuan pertama di lingkungan TNI AD.

Baca Selengkapnya

Cerita Prajurit TNI Berlatih Menerbangkan Helikopter Apache

22 Juli 2018

Cerita Prajurit TNI Berlatih Menerbangkan Helikopter Apache

Letnan Satu Cpn Alexius Darma menceritakan pengalamannya berlatih menerbangkan Helikopter Apache AH-64E tanpa melihat.

Baca Selengkapnya

TNI AD Siapkan 58 Teknisi untuk Rawat Helikopter Apache

22 Juli 2018

TNI AD Siapkan 58 Teknisi untuk Rawat Helikopter Apache

Para teknisi belajar mengenai seluk beluk helikopter Apache selama 6 sampai 8 bulan di Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Mengintip Kandang 8 Helikopter Apache TNI AD di Semarang

21 Juli 2018

Mengintip Kandang 8 Helikopter Apache TNI AD di Semarang

TNI AD mengandangkan delapan Helikopter Apache AH-64E terbarunya di Skuadron 11/Serbu, Pangkalan Udara TNI AD Ahmad Yani.

Baca Selengkapnya