Pemerintah Larang Tradisi Makan Daging Penyu di Mentawai
Editor
Harun Mahbub
Senin, 25 Mei 2015 12:37 WIB
TEMPO.CO, Padang - Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, akan melarang masyarakat tradisional di Mentawai menangkap penyu dan mengkonsumsi daging penyu yang sudah dilakukan turun-temurun untuk pesta adat.
Kepala Bidang Pengendalian Sumber Daya Laut dan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Mentawai Randi Irawan mengatakan pihaknya akan melakukan sosialisasi di Kecamatan Pagai Utara. Pagai Selatan, Siberut Selatan, dan Siberut Utara. Sosialisasi pelarangan akan dilakukan bersama peneliti penyu serta penegak hukum.
“Penyu di Mentawai sudah mulai menurun tetapi masih terus diburu masyarakat karena sudah budaya, walaupun sudah banyak korban tewas karena memakan penyu,” ujar Randi Irawan, Senin, 25 Mei 2015.
Masyarakat tradisional di daerah pesisir Mentawai memiliki tradisi memburu penyu untuk dihidangkan pada punen atau pesta adat, seperti saat membuat perahu baru, pesta perkawinan, pengobatan, membuka ladang baru, atau mendirikan rumah tradisional. Tradisi itu erat kaitannya dengan kepercayaan Arat Sabulungan di Mentawai.
Banyak ritual dan pantangan selama menangkap penyu. Dalam setiap punen, akan ditangkap sedikitnya 20 ekor penyu yang dijaring di laut di sekitar pulau-pulau kecil tempat perlintasan penyu. Di rumah-rumah masyarakat di pesisir Mentawai, banyak digantung karapas atau cangkang penyu hijau dan penyu sisik untuk hiasan dinding yang jumlahnya belasan.
Kasus keracunan daging penyu di Mentawai yang menelan korban jiwa sudah sering terjadi. Sejak 2005, tercatat terjadi sembilan kali kasus keracunan daging penyu yang menewaskan 30 orang. Kejadian terakhir di Dusun Sao, Pulau Sipora, pada 24 Maret 2013, yang menyebabkan 148 orang dilarikan ke rumah sakit, empat di antaranya meninggal. Di antara korban tewas, ada bayi 11 bulan yang keracunan melalui ASI ibunya.
Ketua Pusat Data dan Informasi Penyu Universitas Bung Hatta, Padang, Harfiandri Damanhuri menuturkan, jika tradisi ini tidak dihentikan segera, populasi penyu di Mentawai dan perairan Sumatra Barat akan terus berkurang.
Berdasarkan data yang diperoleh, di perairan Mentawai ada 2.500 ekor induk mendarat setiap tahun di seratus titik lokasi yang ada, terutama pulau-pulau kecil. Biasanya, setiap induk mendarat diikuti seekor jantan, sehingga diasumsikan 5.000 ekor penyu mendarat setiap tahun.
Keracunan daging penyu akibat tingginya kadar arsenik dalam tubuh penyu, karena binatang itu adalah biota laut berumur panjang dan penjelajah samudra yang masuk ke perairan tercemar serta memakan rumput laut dan lamun yang menyerap logam berat. Hal ini menyebabkan kadar arsenik dalam tumbuhnya makin lama makin meningkat, sehingga manusia yang mengkonsumsi dagingnya bisa keracunan.
FEBRIANTI