Sri Sultan HB X bersama dengan GKR Hemas duduk lesehan, memberikan audiensi dan penjelasan isi dari Sabda Raja di ndalem Wironegaran, Suryomentaraman, Panembahan, Yogyakarta, 8 Mei 2015. Sabda Raja dan Dawuh Raja bukanlah keinginan pribadi. Dirinya hanya melaksanakan dawuh Allah lewat leluhur Keraton. TEMPO/Pius Erlangga.
TEMPO.CO, Jakarta - Sri Sultan Hamengku Buwono X mengeluarkan Sabda Raja pekan lalu. Salah satu isinya mengubah perjanjian antara pendiri Mataram Ki Ageng Giring dan Ki Ageng Pemanahan. Sejarawan Universitas Gadjah Mada Sri Margana mengatakan perjanjian itu sebenarnya memang sudah tidak berlaku lagi.
"Sebab perjanjian itu memang tak berlaku lagi setelah Mataram lama runtuh," kata Margana kepada Tempo, Sabtu, 9 Mei 2015. Tampaknya, kata Margana, Sultan pun berpikir demikian sehingga perjanjian itu diubah. "Keraton ingin mengikuti perkembangan zaman sekarang," ujarnya.
Margana menuturkan, perjanjian antara Giring dan Pemanahan itu adalah simbol legitimasi kekuasaan saat itu. Pada masa itu, Kerajaan Mataram dikenal dengan Mataram lama atau Mataram kuno. Sedangkan masa setelah Pemanahan hingga Keraton Ngayogyakarta saat ini dikenal dengan Mataram Baru.
Mataram baru pun muncul ditandai dengan selesainya era Mataram lama. Perbedaan era itu ditandai dengan agama yang tumbuh saat itu. "Mataram lama identik dengan Hindu sedangkan Mataram baru itu islam," ujarnya. Karenanya, menurut dia, Sultan menganggap era Mataram baru datang sejak Panembahan Senopati, anak Ki Ageng Pamenahan memimpin Mataram.
Intinya, kata Margana, tidak ada persoalan jika perjanjian tersebut dihapuskan oleh Sultan Hamengkubowono X melalui Sabda Raja. "Karena memang sudah tak berlaku lagi sejak Mataram baru," ujarnya. Mataram pun telah dianggap sebagai kesatuan.
78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998
24 hari lalu
78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998
Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.