Soal Sabda Raja Sultan, Sejarawan: Itu Hak Mutlak Raja  

Reporter

Kamis, 7 Mei 2015 09:30 WIB

Sri Sultan Hamengkubuwono X saat mengikuti ritual Ngabekten di Bangsal Kencono, kompleks Keraton Yogyakarta, Kamis (8/8). TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar sejarah Jawa dari Universitas Gadjah Mada, Sri Margana, mengatakan sudah menjadi hak mutlak seorang raja atau Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk mengeluarkan sabdatama atau titah raja. Aturan-aturan dalam kerajaan itu raja sendiri yang membuat.

"Kalau ada yang bilang sabdatama merusak tatanan atau aturan kerajaan, kan aturan itu Sabda Raja sendiri," kata Margana saat dihubungi Tempo, Rabu, 6 Mei 2015.

Cuma, kata Margana, yang dipermasalahkan oleh kerabat keraton soal sabdatama Sri Sultan H.B. X adalah penggantian gelar sultan. Margana menjelaskan, kalaupun penggantian gelar itu untuk mengakomodasi rencana putri sulung Sri Sultan H.B. X naik takhta menggantikan ayahnya, sebaiknya dilakukan saat G.K.R. Pembayun--yang kini berganti gelar menjadi GKR Mangkubumi--naik takhta menggantikan ayahnya.

"Kan sekarang ini masih Sultan H.B. X rajanya," kata Margana.

Margana melanjutkan, polemik soal sabdatama Sri Sultan H.B. X bukan cuma soal penggantian gelar sultan. Melainkan soal suksesi takhta sepeninggal Sri Sultan H.B. X. Sebab, Sri Sultan H.B. X tak mempunyai anak laki-laki sebagai penerus takhtanya.

"Seperti di Surakarta, ketika Sunan tak punya keturunan laki-laki, tahta jatuh ke adik Sunan," kata Margana.

Kamis pekan lalu, Sri Sultan H.B. X mengeluarkan sabdatama yang berisi delapan poin utama. Di antaranya, mengganti gelar dari gelar resmi Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwana Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sadasa ing Ngayogyakarta Hadiningrat menjadi Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Bawono Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama ingkang Jumeneng Kaping Sepuluh ing Ngayogyakarta Hadiningrat; mengingatkan bahwa tak seorang pun bisa memutuskan atau membicarakan ihwal Mataram, terlebih aturan mengenai Raja, termasuk aturan pemerintahannya. Yang bisa memutuskan hanya Raja; dan jika Undang-Undang Keistimewaan butuh direvisi, dasarnya sabdatama. Itulah perintah yang harus dimengerti dan dilaksanakan. Gara-gara penggantian gelar ini, adik-adik Sultan berziarah ke makam raja-jara Mataram di Kotagede dan Imogiri untuk memintakan "kesalahan" Sri Sultan H.B. X.

Adapun soal penghilangan, kata Kalifatullah, dalam gelar Sultan itu, kata Margana, ia nilai sebagai persiapan menghadapi kontroversi jika anak sulung Sultan, G.K.R. Mangkubumi, naik takhta. Sejak pertama kali berdiri dari era Kerajaan Mataram Islam sampai Kesultanan Yogyakarta, kata Margana, takhta raja atau sultan selalu diduduki oleh lelaki.

"Kalau nanti ada kontroversi bahwa 'perempuan' tak bisa menjadi pemimpin agama, toh fungsi pemimpin agama sudah dihilangkan di gelar baru itu. Ini mempersiapkan supaya nggak dipersoalkan," kata Margana.

KHAIRUL ANAM

Berita terkait

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

2 hari lalu

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek menggelar syawalan, hadirkan Budaya Yogyakarta antara lain sendratari dan prajurit keraton Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

14 hari lalu

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

22 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

23 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

24 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

33 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

48 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.

Baca Selengkapnya

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

54 hari lalu

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

54 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

55 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya