TEMPO.CO, Yogyakarta - Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta menyatakan mulai Juni 2015 ini mulai membangun pos permanen di kawasan Titik Nol Kilometer guna mensterilkan kawasan itu dari Pedagang Kaki Lima liar yang terus bermunculan meski sudah ada larangan tegas.
“Posko ini akan dijaga 12 orang petugas tiap shifnya dalam sehari agar PKL tak lagi nekat berjualan,” ujar Pelaksana Harian Kepala Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta, Udiyono, Rabu 6 Mei 2015.
Udiyono menuturkan, upaya pemerintah mensterilkan kawasan Titik Nol Kilometer yang menghubungkan Jalan Malioboro dengan kawasan Jeron Beteng Keraton Yogya itu sejak tiga tahun terakhir kurang memuaskan.
“Hanya mengandalkan operasi temporer, sehingga tak maksimal,” ujar dia.
Titik Nol Kilometer menjadi kawasan strategis tempat berkumpulnya wisatawan di Yogyakarta. Kondisi ini dinilai memancing PKL nekat berdatangan untuk menggelar lapak dagangannya sehingga menjadikan kawasan itu tampak semrawut. Terlebih saat liburan panjang,
“Para PKL ini biasanya datang mulai pukul 16.00 sampai pukul 22.00 WIB, puluhan jumlahnya sehingga kami kesulitan jika harus kucing-kucingan menertibkan,” ujar dia.
Titik Nol Kilometer dinilai justru kerap lebih padat dari Jalan Malioboro. Sebab wisatawan di kawasan ini bisa transit sebelum menuju area wisata lain atau menuju terminal Senopati dan Ngabean yang berada di sisi timur dan barat Malioboro. “Sterilisasi PKL di Titik Nol Kilometer sudah harga mati, jadi berapa kali sidang untuk penertiban PKL ini akan kami tempuh,” ujar Udiyono.
Udiyono menuturkan sterilisasi itu sudah diatur tegas dalam Peraturan Daerah Kota Yogyakarta nomor 26 tahun 2002 tentang Penataan Pedagang Kaki Lima.
Selain Titik Nol Kilometer, wacana pendirian pos pengawasan PKL di kawasan lain juga tengah dikaji. Seperti di area Alun-Alun Utara yang kini juga tahap penataan.
Koordinator Divisi Keamanan, Ketertiban dan Kelancaran Lalu Lintas Unit Pelaksana Teknis Malioboro Achmad Samsyuddin menuturkan, wacana penertiban PKL melalui pendirian pos sebenarnya sudah ditunggu lama pihaknya. “Keberadaan PKL di Titik Nol Kilometer berpotensi mengganggu kelancaran lalu lintas yang hendak keluar dari Malioboro terutama saat libur panjang,” ujar dia. Sering PKL nekat memajang gerobak jualannya di bahu jalan dan menolak menyingkir meski diingatkan berkali-kali.
Kepala Bidang Kebersihan Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Udi Santoso menuturkan, munculnya PKL di Titik Nol Kilometer mempengaruhi perubahan distribusi sampah pasca kawasan jeron Beteng ditutup untuk bus wisata. “Wisatawan yang malas ke Alun-Alun mengumpul di Titik Nol dan sampah ikut menumpuk di situ,” ujar dia. Dalam sehari, sampah di kawasan Malioboro sampai Titik Nol Kilometer rata-rata sekitar 2 ton. “Alun-Alun Utara bisa bersih, tapi sampah beralih ke titik lain.”
PRIBADI WICAKSONO
Berita terkait
Cerita dari Kampung Arab Kini
14 hari lalu
Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.
Baca SelengkapnyaBegini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X
18 hari lalu
Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi
Baca SelengkapnyaSederet Aktivitas Terlarang di Malioboro Saat Libur Lebaran, PKL Liar Sampai Merokok Sembarangan
34 hari lalu
Satpol PP Kota Yogyakarta mendirikan Posko Jogoboro untuk pengawasan aktivitas libur Lebaran khusus di kawasan Malioboro mulai 8 hingga 15 April 2024
Baca SelengkapnyaMenengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta
54 hari lalu
Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755
Baca SelengkapnyaDI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah
58 hari lalu
Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram
Baca SelengkapnyaKetua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan
4 Maret 2024
Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.
Baca SelengkapnyaPemilik Usaha Kuliner Daging Anjing di Solo Minta Pemerintah Beri Solusi Terbaik: Jangan Asal Menutup
20 Januari 2024
Mereka berharap bisa beraudiensi dengan jajaran Pemkot Solo dan komunitas pecinta anjing untuk mendapatkan solusi tersebut.
Baca SelengkapnyaBadai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan
20 Januari 2024
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.
Baca SelengkapnyaYogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu
4 Januari 2024
BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.
Baca SelengkapnyaGunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak
8 Desember 2023
Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.
Baca Selengkapnya