Kisruh Keraton Yogya, Langkah Sultan Permainan Ketoprak  

Reporter

Rabu, 6 Mei 2015 07:06 WIB

Gubernur DIY Sri Sultan HB X berbincang dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M. Nuh saat menggelar silaturahmi bersama 18 menteri pendidikan negara anggota East Asia Summit (EAS) di Bangsal Manis Keraton Yogyakarta, Selasa (3/7). TEMPO/Pribadi Wicaksono

TEMPO.CO, Jakarta - Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X mengganti nama putri sulungnya dari GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram. Pekan lalu, Sultan mengeluarkan perintah untuk mengubah nama Buwono menjadi Bawono dan menghilangkan gelar Khalifatulah.

Banyak yang curiga langkah itu merupakan upaya raja yang tidak memiliki anak laki-laki ini menurunkan kekuasaannya kepada anak kandungnya, bukan kepada adik laki-lakinya. "Itu hanya permainan ketoprak saja,” ucap pemerhati keraton, Heru Wahyu Kismoyo, menyikapi peristiwa itu, Selasa, 5 Mei 2015.

Heru mengatakan penggantian nama GKR Pembayun tak lebih dari urusan internal keluarga Sultan HB X. Peristiwa itu tak bisa disebut sebagai peristiwa yang berkaitan dengan urusan Kasultanan Yogyakarta. “Ini hanya lelucon, entertain saja,” ujarnya.

Pemberian nama Mangkubumi itu, tutur dia, juga aneh. Alasannya, dalam tradisi Kasultanan Mataram Islam, nama itu hanya diperuntukkan bagi laki-laki. “Baru kali ini dipakai untuk perempuan,” katanya.

Jika prosesi itu benar merupakan pengangkatan putra mahkota, ujar pengajar di Universitas Widya Mataram, Yogyakarta itu, pengangkatan yang terjadi tidak sah. Alasannya, pengangkatan itu berlangsung di luar kelaziman. “Biasanya, putra mahkota adalah laki-laki,” ucapnya.

Menurut dia, pengangkatan putra mahkota merupakan prosesi adat yang berlandaskan paugeran (hukum keraton). Hukum itu bersumber dari syariat agama Islam. “Ini legal formalnya,” tuturnya.

Saat ini, kata dia, ada sebelas putra Sultan Hamengku Buwono IX yang lebih berhak menjadi putra mahkota. Mereka tak dilibatkan dalam proses yang berlangsung hari ini.

Sultan HB X, menurut dia, kini telah meninggalkan tradisi demokratis yang ditanamkan pendahulunya, yakni HB IX.

Contohnya saja, pengangkatan HB X menjadi raja merupakan hasil kesepakatan keluarga dan saudara-saudara. “Mestinya proses demokrasi ini jangan dibalik sekarang ini,” kata Heru.

ANANG ZAKARIA

Berita terkait

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

7 hari lalu

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

15 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

16 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

18 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

27 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

41 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.

Baca Selengkapnya

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

47 hari lalu

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

47 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

48 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

48 hari lalu

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.

Baca Selengkapnya