Jelang Hari Buruh, Ini Tuntutan Migrant Care  

Reporter

Editor

Grace gandhi

Kamis, 30 April 2015 07:28 WIB

Ribuan buruh berunjuk rasa untuk memperingati hari buruh internasional di Bundaran HI, Jakarta, (1/5). Mereka menuntut pemenuhan upah minimum, jaminan kesehatan dan keselamatan bagi pekerja, serta menolak Outsourcing. TEMPO/Seto Wardhana

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Migrant Care Anis Hidayah mengatakan akan menggelar aksi dari Bundaran Hotel Indonesia hingga Istana pada peringatan Hari Buruh besok, Jumat, 1 Mei 2015.

Aksi yang rencananya akan melibatkan 10 ribu buruh ini akan menyuarakan dua hal. “Pesan kami adalah tentang hukuman mati dan perlindungan hukum bagi buruh migran,” kata Anis saat dihubungi Rabu, 29 April 2015.

Anis mengatakan akan meminta Presiden Joko Widodo untuk menghapus adanya hukuman mati dalam hukum positif Indonesia. Harapannya, hukuman mati itu juga tidak akan diterapkan pada para buruh migran Indonesia yang sedang menghadapi masalah hukum di negara orang lain. “Sampai saat ini masih banyak sekali buruh migran kita yang akan dihukum mati di negeri orang,” ujar Anis.

Hukuman mati yang diberikan terhadap Siti Zainab dan Karni, yang dieksekusi pada pertengahan April ini di Arab Saudi, adalah contoh menyakitkan bagi Indonesia. Anis pun berharap dihapuskannya hukuman mati di Indonesia akan memberikan akibat positif bagi buruh migran Indonesia yang juga sedang menghadapi masalah dengan tuntutan serupa.

Tuntutan hukuman mati yang dialami ratusan warga Indonesia di luar negeri ini juga diakibatkan perlindungan hukum Indonesia yang kurang bagi buruh migran. Perlindungan itu pula yang akan diserukan Anis dan kawan-kawan pada peringatakan Hari Buruh tahun ini.

Perlindungan yang diharapkannya adalah dengan kekuatan hukum tingkat undang-undang. Salah satunya menyelesaikan undang-undang tentang pekerja rumah tangga. Pembahasan undang-undang itu memang sudah menjadi salah satu hal utama yang akan dibahas para anggota Dewan. Sayang, batas waktu pembahasannya tidak dikatakan secara rigid.

“Hanya dijelaskan masuk Prolegnas hingga 2019,” katanya. Payung hukum itu, Anis menilai, bisa memberikan perlindungan kepada para pekerja rumah tangga Indonesia, baik yang berada di dalam maupun di luar negeri.

MITRA TARIGAN

Berita terkait

Besok May Day atau Peringatan Hari Buruh, Polri dan Disnakertransgi DKI Siapkan Ini

22 jam lalu

Besok May Day atau Peringatan Hari Buruh, Polri dan Disnakertransgi DKI Siapkan Ini

Peringatan Hari Buruh atau May Day ini juga akan dilakukan serempak di seluruh Indonesia dengan melibatkan total ratusan ribu buruh.

Baca Selengkapnya

Nurul Huda Disiksa Majikan di Oman, Rentannya Pelanggaran HAM pada PMI di Timur Tengah

23 hari lalu

Nurul Huda Disiksa Majikan di Oman, Rentannya Pelanggaran HAM pada PMI di Timur Tengah

Nurul Huda menggugah perhatian publik. Video curhatnya tentang pengalaman disiksa oleh majikannya di Oman menjadi sorotan.

Baca Selengkapnya

Beda Sikap Migrant Watch dan Migrant CARE Soal Dugaan TPPO Berkedok Magang Mahasiswa

30 hari lalu

Beda Sikap Migrant Watch dan Migrant CARE Soal Dugaan TPPO Berkedok Magang Mahasiswa

Migrant Watch menilai kasus magang ke Jerman lebih tepat dikatakan sebagai kesalahan prosedur penempatan mahasiswa ketimbang TPPO.

Baca Selengkapnya

Ferienjob: Praktik Lancung TPPO Berkedok Magang hingga Guru Besar Menjadi Tersangka

36 hari lalu

Ferienjob: Praktik Lancung TPPO Berkedok Magang hingga Guru Besar Menjadi Tersangka

Dengan iming-iming magang di Jerman, para pelaku melakukan TPPO dengan menjebak dalam program Ferienjob

Baca Selengkapnya

TPPO Modus Ferienjob, Migrant CARE Ungkap Sindikat Pernah Sasar Siswa SMK

37 hari lalu

TPPO Modus Ferienjob, Migrant CARE Ungkap Sindikat Pernah Sasar Siswa SMK

Kasus TPPO menyasar dunia pendidikan. Selain Ferienjob, kasus perdagangan orang sempat masuk ke sekolah (SMK) menggunakan modus lain.

Baca Selengkapnya

Migrant Care: PPLN Kuala Lumpur Tak Paham Aturan Pemilu, Hak Politik Ratusan Pekerja Migran Terabaikan

40 hari lalu

Migrant Care: PPLN Kuala Lumpur Tak Paham Aturan Pemilu, Hak Politik Ratusan Pekerja Migran Terabaikan

Migrant Care menyatakan PPLN Kuala Lumpur menunjukkan bobroknya penyelenggara pemilu dan tunduk pada keinginan parpol.

Baca Selengkapnya

Banyak Data Tidak Sesuai, Migrant Care Minta KPU Buka DPT PSU di Kuala Lumpur

51 hari lalu

Banyak Data Tidak Sesuai, Migrant Care Minta KPU Buka DPT PSU di Kuala Lumpur

Migrant Care menemukan hanya segelintir pemilih yang tercatat dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) hadir saat pencoblosan ulang di Kuala Lumpur Malaysia

Baca Selengkapnya

PSU Kuala Lumpur Digelar Hari ini, Migrant Care Sebut Jumlah Pemilih Menciut

52 hari lalu

PSU Kuala Lumpur Digelar Hari ini, Migrant Care Sebut Jumlah Pemilih Menciut

Migrant Care menyoroti berkurangnya jumlah pemilih dalam pemungutan suara ulang yang akan digelar di Kuala Lumpur.

Baca Selengkapnya

Cerita Awal Mula Migrant Care Mencium Adanya Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia

1 Maret 2024

Cerita Awal Mula Migrant Care Mencium Adanya Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia

Migrant Care, mengungkap dugaan praktik jual beli surat suara pemilu di Malaysia. Surat suara pemilu itu dijual dari harga 25-50 Ringgit Malaysia

Baca Selengkapnya

Terungkap Modus Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia, Ini Respons Bawaslu-KPU

27 Februari 2024

Terungkap Modus Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia, Ini Respons Bawaslu-KPU

Migrant Care mengungkap modus dugaan jual beli surat suara di Malaysia. Harga per satu surat suara dihargai sekitar Rp 90 ribu-120 ribu.

Baca Selengkapnya