TEMPO Interaktif, Jakarta:Konflik di tubuh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pasca muktamar II Semarang, membawa situasi sulit dan dilematis bagi kaum muda. Sebab yang bertarung tak lain adalah tokoh-tokoh masa depan partai, seperti Saifullah Yusuf dan Muhaimin Iskandar. Abdullah Azwar Anas, yang baru saja meraih gelar master dari Fisip UI dengan tesis Mengembalikan Citra PKB: Analisis Startegi Public Relation untuk meningkatkan Citra PKB, mengungkapkan hal itu kepada Tempo. Menurut dia, sosok Saifullah memiliki pendukung cukup besar di kalangan kaum muda dan kyai kharismatis di Jawa Timur. Semua itu dimungkinkan karena dia adalah pemimpin Anshor. Sedangkan Muhaimin, selain disokong Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, harus diakui juga memiliki pengikut di kalangan muda karena pernah memimpin sebuah organisasi kepemudaan di lingkungan NU. Untuk meminimalisir konflik dan mengembalikan citra partai lebih baik, menurut anggota MPR termuda pada Sidang Umum MPR 1998 ini, perlu dilakukan langkah-langkah islah atau tabayyun diantara kedua kubu. Inti dari proses tabayyun ini adalah membangun kesadaran diantara mereka bahwa konflik ini hanya akan merugikan partai dan konstituen serta tidak perlu dibesar-besarkan. Putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap adalah salah satu penyelesaian bijak untuk dijadikan landasan penyelesaian konflik partai dan tidak ada lagi riak-riak konflik, ujar Anas. Kelak, putusan hukum yang tetap, apapun hasilnya, harus dihormati. Penegasan ini, lanjut anggota Komisi V DPR ini, penting sebagai bagian dari penyadaran politik kepada rakyat. Ke depan, ia melihat perlu adanya aturan-aturan partai yang lebih rinci mengatur berbagai hal mengenai kepartaian, sehingga tidak banyak interpretasi terhadap aturan-aturan partai, yang berakibat pada konflik internal partai. Sudrajat