Anak Macan Tutul Nyasar, Makan Sandal dan Ngumpet
Editor
Rini Kustiani
Kamis, 16 April 2015 08:25 WIB
TEMPO.CO, Bandung - Warga dan petugas Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat menyelamatkan seekor anak macan tutul jawa (Phantera pardus melas). Anak macan yang diperkirakan berumur 6-7 bulan tersebut kelaparan dan kehausan. Ia bersembunyi di kolong rumah warga dekat perbatasan kawasan Cagar Alam Gunung Simpang di daerah Kabupaten Cianjur bagian selatan.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah BKSDA Jawa Barat M. Ari Wibawanto mengatakan, warga Desa Sukabakti, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur, Senin lalu, mengabarkan adanya macan di kolong sebuah rumah. Siang harinya petugas BKSDA datang ke lokasi.
Dibantu warga, macan itu ditangkap dengan perangkap jaring, kemudian ditempatkan di sebuah kandang anjing permanen milik warga. "Saat ditemukan, kondisinya tidak ada luka," kata Ari kepada Tempo, Rabu, 15 April 2015.
Petugas kemudian berkoordinasi dengan mitra penyelamatan satwa di Bogor yang bisa melakukan evakuasi. Tim penyelamatan satwa dari Taman Safari Indonesia, Bogor, ikut bergabung. Mereka tiba di lokasi pada Senin, pukul 22.00, lalu memindahkan macan ke kandang angkut. Satwa liar itu dilarikan ke Rumah Sakit Hewan Taman Safari, Bogor, dan tiba pada Selasa, 14 April 2015.
Menurut Ari, anak macan tutul itu berumur sekitar tujuh bulan, atau baru lepas masa sapih dari induknya hingga usia 5-6 bulan. Ketika ditemukan, warga kampung sempat gempar, tapi mereka tidak panik.
Petugas berterima kasih kepada warga karena tidak melukai ataupun berusaha membunuh satwa liar tersebut. Anak macan tutul itu sendiri dilaporkan kehausan dan kelaparan. "Diduga ia juga memakan sandal," katanya.
Ari mengatakan, kawasan Cagar Alam Gunung Simpang merupakan salah satu kawasan habitat macan tutul Jawa. Walaupun wilayahnya seluas 15 ribu hektare masih mendukung dengan banyak pakan seperti celeng atau babi hutan, jumlah populasi macan tutulnya terhitung agak padat.
Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi kawasan cagar pada 2001-2002, jumlah macan tutul di sana diperkirakan sekitar 300 ekor. "Berdasarkan riset itu terhitung sudah penuh dengan wilayah kekuasaan radius 5 kilometer per ekor dan wilayah buruan yang bisa lebih jauh lagi," ujar dia.
Macan tutul di kawasan cagar alam itu, menurut Ari, masih asli. Pelepasliaran macan tutul dari daerah lain belum pernah dilakukan. Wilayah itu juga disebut bebas dari pemburu.
"Anak macan itu diperkirakan terpisah dari kawanannya. Melihat kondisinya, agak sudah lama terpisah," kata dia. BKSDA Jawa Barat berupaya mengembalikan anak macan itu ke habitat aslinya setelah menjalani perawatan.
Direktur Taman Safari Indonesia, Bogor, Tony Sumampau mengatakan, anak macan tutul itu tengah menjalani perawatan intensif di kandang karantina. Ia harus diinfus karena dehidrasi dan kelaparan.
Ketika tiba, kondisinya lemah. Berat badannya setelah ditimbang hanya 5,6 kilogram. Normalnya menurut Tony, anakan macan tutul itu berbobot minimal 8-10 kilogram pada usia 6-7 bulan. "Usianya terlihat dari giginya yang masih gigi susu," katanya. Di hari kedua perawatannya, anak macan tutul itu sudah mau makan daging ayam sebanyak setengah kilogram.
ANWAR SISWADI