Soal Pelajar di Turki, Ini Penuturan Eks Ketua PPI

Reporter

Selasa, 17 Maret 2015 06:33 WIB

Sejumlah keluarga Sunni yang mengungsi dari desa Albu Ajil dan Al-Dor karean pertempuran Negara Islam (ISIS) dan tentara Irak di Tikrit, 8 Maret 2015. AHMAD AL-RUBAYE/AFP/Getty Images

TEMPO.CO , Jakarta:Mahasiswa program doktor Universitas Marmara, Turki Muhammad Syauqillah menjelaskan, dirinya hanya menggunakan istilah radikal dan radikalisasi dalam konteks dua pelajar Indonesia di Turki yang telah bergabung dengan kelompok milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sejak setahun lalu.

"Jadi bukan merujuk pada mahasiswa Indonesia di Turki secara general (umum). Dan, adalah naif saya menyematkan julukan radikal atau label negatif terhadap para pelajar Turki secara umum karena saya juga masih berstatus pelajar di Turki," kata Syauqillah dalam hak jawab dan koreksinya pada pemberitaan di Tempo online berjudul 1000 Pelajar Indonesia di Turki pada tanggal 14 Maret 2015.

Syauqillah menambahkan, dua pelajar Indonesia yang bergabung dengan ISIS adalah pelajar SMA dan mahasiswa semester 1 di salah satu universitas di Turki. "Mereka sudah pergi ke Suriah setahun lalu," ujarnya. Kabar tentang keduanya tidak dapat lagi diakses karena keduanya sudah tidak dapat dihubungi.

Selain itu, tentang peran Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Turki, Syauqillah hanya merujuk pada pembinaan khusus pelajar Indonesia di Turki dalam rentang waktu sejak dirinya tiba di Turki, menetap di Izmir untuk beberapa bulan dan tinggal di Istanbul hingga sebelum berdirinya Konjen RI di Istanbul. "Saya hanya mengalami satu kali pertemuan resmi yang digagas oleh KBRI antara pelajar dengan KBRI sebagaimana yang saya alami, yakni pada tahun 2010, tepatnya pada momen memperkenalkan dubes baru. Dan dalam konteks itu, saya menyayangkan pula kondisi tersebut," ujar mantan Ketua Majelis Perwakilan Anggota sekaligus pendiri Perhimpunan Pelajar Indonesia di Istanbul.

Mengenai pemberitaan bertajuk Pelajar Indonesia Radikal, menurut Syauqillah, istilah "mereka" yang terlibat dalam jaringan organisasi Islam radikal di Indonesia selama ini adalah ditujukan bukan mahasiswa Indonesia di Turki secara keseluruhan, bukan pula para pelajar Indonesia di Turki yang sudah bergabung dengan organisasi Islam kanan sebelum datang ke Turki. "Karena banyak pula mahasiswa Indonesia yang datang ke Turki dengan pemahaman Islam kanan yang tidak berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS," kata Syauqillah.

Adapun julukan "Jihad bintang lima", menurut Syauqillah, merupakan sebutan yang sering dipakai oleh milisi ISIS, bukan julukan yang diberikan oleh pelajar Indonesia di Turki. Istilah ini untuk menggambarkan bahwa 'jihad' yang terbaik saat ini adalah perang di Suriah. "Istilah tersebut juga kerap dipakai oleh para milisi untuk melakukan propaganda melalui media sosial," ujar Syauqillah.

Syauqillah mengatakan, penjelasan ini juga untuk memberikan pemahaman yang baik bagi para pelajar dan mahasiswa di Turki tentang pemberitaan pada 14 Maret 2014.

MARIA RITA

Berita terkait

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

23 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

42 hari lalu

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

Tajikistan membantah tuduhan Rusia bahwa kedubes Ukraina di ibu kotanya merekrut warga untuk berperang melawan Rusia

Baca Selengkapnya

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

43 hari lalu

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

Polisi Iran telah menangkap beberapa anggota ISIS yang diduga merencanakan aksi bunuh diri menjelang Idul fitri.

Baca Selengkapnya

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

52 hari lalu

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

Rusia mengatakan menemukan bukti bahwa pelaku yang membunuh lebih dari 140 orang di gedung konser dekat Moskow terkait dengan "nasionalis Ukraina."

Baca Selengkapnya

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

53 hari lalu

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

Rusia menaruh kecurigaan bahwa Ukraina, bersama Amerika Serikat dan Inggris, terlibat dalam penembakan di Moskow.

Baca Selengkapnya

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

54 hari lalu

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

Warga negara Tajikistan, Rachabalizoda Saidakrami dan Shamsidin Fariduni dapat melakukan perjalanan dengan bebas antara Rusia dan Turki

Baca Selengkapnya

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

54 hari lalu

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa sejauh ini belum ada tanda-tanda keterlibatan Ukraina dalam penembakan di gedung konser Moskow

Baca Selengkapnya

Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

55 hari lalu

Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

Serangan Moskow menimbulkan pertanyaan tentang ketajaman FSB, pengganti KGB, badan intelijen yang kerap dianggap momok bagi Barat.

Baca Selengkapnya

Macron Sebut Intelijen Prancis Konfirmasi ISIS di Balik Serangan Konser Rusia

55 hari lalu

Macron Sebut Intelijen Prancis Konfirmasi ISIS di Balik Serangan Konser Rusia

Prancis bergabung dengan AS dengan mengatakan bahwa intelijennya mengindikasikan bahwa ISIS bertanggung jawab atas serangan di konser Rusia

Baca Selengkapnya

Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

55 hari lalu

Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

Rusia menantang pernyataan Amerika Serikat bahwa ISIS menjadi dalang penembakan di sebuah gedung konser di luar Moskow yang menewaskan 137 orang

Baca Selengkapnya