Gibran mengawasi karyawannya mempersiapkan menu katering. Gibran memilih untuk tidak mengikuti jejak ayahnya, Presiden Jokowi yang berbisnis mebel. TEMPO/Ukky Primartantyo
TEMPO.CO, Jakarta - Putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, mengklarifikasi pemberitaan di sejumlah media di Australia yang menyebut dia melobi ayahnya untuk membatalkan hukuman mati terhadap Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.
Mengutip laman News Corp Australia, Gibran menegaskan tak pernah memberi masukan atau bicara apa pun kepada ayahnya, Presiden Jokowi, tentang hukuman mati.
"Ini saya jelaskan langsung ke Anda, OK," kata Gibran, 27 tahun, seperti dimuat News.com Australia, Senin, 9 Maret 2015.
"Saya mendukung hukuman mati," ujar Gibran. Pada kesempatan itu, Gibran juga menyatakan tidak pernah belajar di Australia.
"Saya belajar di Singapura, bukan Australia," kata Gibran. "Laporan berita yang kalian dengar itu salah."
Setelah mengucapkan itu, Gibran lantas balik badan dan meninggalkan wartawan Australia di depan kantor kateringnya, Chilli Pari, di Solo, Jawa Tengah.
Dalam pemberitaan sejumlah media di Australia, Gibran disebut lulusan University of Technology, Sydney. Indikasi ini tertangkap dari sebuah percakapan seorang tanpa nama dari University of Technology, Sydney, dengan Gibran.
Pada percakapan itu, Gibran mengaku resah dengan eksekusi mati yang segera dilakukan terhadap sejumlah warga negara asing, termasuk Andrew dan Myuran dari Australia.
Gibran diketahui menuntut ilmu di Singapura sejak SMA di Orchid Park Secondary School.
Setelah lulus, Gibran kemudian melanjutkan studinya di Management Development Institute of Singapore (MDIS) dan lulus pada 2007.
