Sensitif pada Isu Suksesi Keraton, Perda Jabatan Gubernur DIY Tak Rampung

Reporter

Sabtu, 7 Maret 2015 03:28 WIB

Duta Besar Perancis, Bertrand Lortholary (kiri) dan Gubernur DIY, Sri Sultan HB X (kanan) usai pertemuan tertutup di Kantor Gubernur, Kepatihan Yogyakarta, Jumat (29/6). ANTARA/Regina Safri

TEMPO.CO , YOGYA: Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta kembali memperpanjang masa pembahasan peraturan tentang pengisian jabatan gubernur dan wakil gubernur DIY. Salah satu alasannya, materi rancangan dinilai sensitif terhadap isu suksesi raja keraton Yogyakarta. " Kami memang harus sangat hati-hati memutuskan," kata Ketua Panitia Khusus Pembahasan Raperda Keistimewaan itu, Slamet, Jumat 6 Maret 2015.

Pembahasan Raperda Keistimewaan tentang jabatan gubernur dan wakilnya itu merupakan salah satu yang teralot dalam sidang-sidang di DPRD DIY. Rapeda ini sebenarnya telah rampung dibahas oleh dewan periode 2009-2014. Namun legislator periode itu gagal mengesahkannya.

Tahun ini, dewan periode 2014-2019 kembali membuka pembahasan atas raperda itu. Semestinya pembahasan rampung pada 20 Februari lalu. Tapi karena perdebatan tentang syarat pencalonan gubernur dan wakilnya, masa kerja panitia khusus diperpanjang hingga Jumat 6 Maret 2015. Sayangnya, hingga habis masa perpanjangan itu, panitia khusus tak kunjung memperoleh permufakatan. "Sekarang diperpanjang lagi sampai 3 April, " katanya.

Perdebatan itu dipicu oleh adanya pasal dalam rancangan yang mensyaratkan gubernur dan wakilnya harus seorang lelaki. Sementara Undang-Undang Keistimewaan DIY mengamanatkan gubernur adalah Sultan yang bertahta, lima anak raja keraton kini seluruhnya perempuan. Materi syarat pencalonan itu sebenarnya juga diadopsi dari isi Undang-Undang Nomor 13 tahun 2012 itu.

Jumat pagi kemarin, Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono menyatakan sabdatama (perintah utama). Sabdatama ini merupakan keputusan dan aturan tertinggi dalam tata pemerintahan keraton Yogyakarta. Ada delapan poin sabdatama, yang intinya, Sultan melarang pihak lain mencampuri tata pemerintahan keraton. Termasuk dalam berkomentar tentang siapa pewaris tahtanya.

Dalam sabdatama itu pula, Sultan, yang juga Gubernur DIY, mengatakan kalau pun diperlukan merevisi undang-undang keistimewaan, maka rujukan sabdatama ini akan menjadi dasar rujukan utamanya. " Yen butuh mbenerake undang-undang keistimewaan, dasare sabdotomo lan ngowahi undang-undange, " ucapnya dalam sabdotomo di Bangsal Kencana Keraton.

Slamet mengatakan panitia pembahasan merasa terbantu dengan adanya sabdatama itu. " Ini akan meredakan perdebatan, " katanya. Alasannya, Sultan menegaskan suksesi kasultanan adalah urusan keraton. Namun ia enggan berkomentar, apakah sabdatama itu akan berdampak pada pengubahan syarat pencalonan gubernur dan wakilnya dalam draft perda pengisian jabatan. ANANG ZAKARIA


Berita terkait

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

5 hari lalu

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

13 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

26 hari lalu

Kisah Pencak Silat Merpati Putih, Bela Diri Keluarga Keraton yang Dibuka ke Masyarakat Umum

Sejumlah teknik dan jurus pencak silat awalnya eksklusif dan hanya dipelajari keluarga bangsawan. Namun telah berubah dan lebih inklusif.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

39 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.

Baca Selengkapnya

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

45 hari lalu

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat

Baca Selengkapnya

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

47 hari lalu

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.

Baca Selengkapnya

Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

48 hari lalu

Nyepi Di Candi Prambanan, Polisi Berkuda Patroli dan Tiga Akses Masuk Dijaga Bregada

Kawasan Candi Prambanan Yogyakarta tampak ditutup dari kunjungan wisata pada perayaan Hari Raya Nyepi 1946, Senin 11 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

27 Februari 2024

Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta mengajak saling memaafkan dan persiapan mental sebelum ibadah puasa Ramadan.

Baca Selengkapnya

Safari Politik Hadi Tjahjanto Usai Jadi Menko Polhukam: Temui Ketua Umum PBNU, Mahfud Md, dan Sultan HB X

26 Februari 2024

Safari Politik Hadi Tjahjanto Usai Jadi Menko Polhukam: Temui Ketua Umum PBNU, Mahfud Md, dan Sultan HB X

Usai dilantik menjadi Menko Polhukam, Hadi Tjahjanto langsung melakukan sejumlah safari politik. Temui Ketua Umum PBNU, Mahfud Md, dan Sultan HB X.

Baca Selengkapnya

Malioboro Lengang saat Pemilu, Sultan HB X Beri Pesan untuk Capres-Cawapres dan Pendukungnya

14 Februari 2024

Malioboro Lengang saat Pemilu, Sultan HB X Beri Pesan untuk Capres-Cawapres dan Pendukungnya

Susana berbeda terlihat di kawasan wisata Kota Yogyakarta saat Pemilu. Kawasan yang biasanya ramai oleh wisatawan tampak lengang.

Baca Selengkapnya