Terpidana mati Myuran Sukumaran dan Kapolresta Denpasar, Kombes (Pol) Djoko Hari Utomo di dalam pesawat yang membawa anggota sindikat Bali Nine dari Bali ke Cilacap, Rabu (4/3). Foto:Kompas TV
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Kepolisian Resor Denpasar Komisaris Besar Djoko Hari Utomo bercerita, pengambilan fotonya dengan dua anggota Bali Nine terjadi saat dia memberi motivasi kepada keduanya sebelum diberangkatkan ke Lembaga Permasyarakatan Nusakambangan. Djoko sempat menanyakan kabar para terpidana, apakah sehat dan baik-baik saja.
"Hanya bilang begitu. Orang ketemunya tidak sampai satu menit," katanya saat dihubungi Tempo, Kamis, 5 Maret 2015. "Saya motivasi supaya mereka tidak gelisah."
Djoko menuturkan para terpidana tidak sempat mengatakan apa-apa kepadanya. Mereka hanya menjawab pertanyaan Djoko dengan mengatakan baik-baik saja. "Tidak sempat curhat, tidak sempat pesan apa-apa, cuma bilang, sehat, Pak," ujarnya.
Foto Djoko bersama dua terpidana mati anggota Bali Nine, yakni Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, tersebar di berbagai media sosial. Dalam foto itu, Djoko terlihat tersenyum tipis, sementara dua warga negara Australia itu ekspresinya datar. Djoko berfoto dengan pose tangan di pundak Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.
Djoko menduga pengunggah foto tersebut adalah orang “dalam” yang saat itu berada di pesawat. Sebab, kondisi pesawat telah disterilkan dari pihak yang tidak berkepentingan, bahkan wartawan.
Djoko menyesalkan penyebaran foto yang ditujukan sebagai dokumentasi pelaksanaan tugasnya. "Itu bukanselfie, kan? Apa Anda melihat itu sebagai selfie?" ujarnya.
Foto itu diambil di lorong pesawat Wings Air menjelang keberangkatannya ke Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan. Pesawat itu penuh oleh pasukan Brigade Mobil yang mengenakan penutup wajah. Ia dirisak di media sosial lantaran dianggap tidak empati.
"How disgusting selfies? Are you human?" tanya penulis Australia, Nicole Goodfellow, lewat akun @nici_goodfellow. Cuitan itu kemudian di-retweet oleh pengamat politik Burhanuddin Muhtadi.
Rabu pagi, 4 Maret 2015, dua anggota Bali Nine diberangkatkan dari Bali menuju Nusakambangan untuk persiapan eksekusi mati. Namun belum ada jadwal pasti kapan eksekusinya.