Sejumlah relawan dari Basarnas memasukkan peti jenazah korban AirAsia QZ8501 ke dalam ambulans di Terminal VIP, Bandara Juanda, Surabaya, 5 Februari 2015. TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO, Surabaya - Posko Crisis Center tragedi jatuhnya AirAsia QZ8501 di gedung Mahameru Markas Besar Kepolisian Daerah Jawa Timur akan segera ditutup bila hingga minggu depan tidak ada lagi jenazah korban AirAsia di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya.
“Tidak menutup kemungkinan posko crisis center akan di pindah ke Rumah Sakit Bhayangkara, jika tidak ada kedatangan lagi,” kata Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan, sekaligus Kepala Dissaster Victim Identification (DVI), Kombes Pol Budiono, saat jumpa pers di posko Crisis Center, Selasa, 24 Februari 2015.
Menurut Budiono, DVI tidak memiliki kegiatan lagi apabila tidak ada kedatangan jenazah. DVI hanya menunggu hasil tes Deoxyribose Nucleic Acid (DNA) yang saat ini masih dianalisa di Markas Kepolisian Republik Indonesia.
Selain itu, pemindahan juga disebabkan karena pihak keluarga yang datang ke posko crisis center sudah semakin sedikit dibanding pada awal-awal tragedi jatuhnya AirAsia QZ8501.
Menurut Budiono, rencana itu sudah disampaikan kepada pihak keluarga pada hari ini dan pihak keluarga tidak keberatan karena Gedung Mahameru terlalu luas dan dirasa kurang efektif untuk menunggu hasil proses identifikasi. “Kami pindah supaya tidak mubazhir ruang Mahameru ini,” kata dia.
Sementara posko media, menurut Budiono, juga akan dipindahkan ke Rumah Sakit Bhayangkara supaya para jurnalis yang masih meliput tragedi AirAsia bisa lebih efektif. “Kami juga akan sediakan posko wartawan di sana,” kata dia.
Hingga saat ini, total jenazah korban AirAsia yang tiba di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya berjumlah 104 jenazah, termasuk non-human atau monyet. Sedangkan jenazah yang sudah berhasil teridentifikasi, baik tubuh utuh maupun bagian tubuh, sebanyak 98 jenazah. Rinciannya, 44 berjenis kelamin perempuan, 50 laki-laki, 1 monyet, dan 3 bagian tubuh korban milik jenazah yang sudah berhasil teridentifikasi.
"Sisanya yang masih dilakukan proses rekonsiliasi terdapat enam jenazah, dengan rincian tiga jenazah yang masih relatif utuh dan tiga lainnya dalam bentuk potongan tubuh,” kata Budiono.