'KPK Wassalam, Tinggal Nisannya Saja'  

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Rabu, 18 Februari 2015 04:24 WIB

Massa menyapu gambar wajah Megawati di Gedung KPK, Jakarta, 16 Februari 2015. Mereka menolak kriminalisasi terhadap KPK, dan menolak pelantikan Komjen Budi Gunawan dan Budi Waseso. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta- Peneliti Pusat Kajian Antikorupsi Universitas Gadjah Mada Hifdzil Alim menganggap serangan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi sangat telak. Menurut dia, pasca-putusan praperadilan Komisaris Jenderal Budi Gunawan keluar, tekanan Polri terhadap lembaga antirasuah kian sistematis dengan menetapkan Ketua KPK Abraham Samad dan puluhan penyidik sebagai tersangka.

"Jadi KPK sudah shut down, KPK tidak dapat lagi menegakkan fungsi hukumnya," ujar Hifdzil ketika dihubungi, Selasa, 17 Februari 2015. Dia mengatakan penetapan tersangka Abraham otomatis menjadikan pimpinan KPK tidak bisa bekerja.

Sebab, bila hanya tersisa dua pimpinan saja maka tidak bisa mengambil keputusan secara kolektif kolegial sebagaimana diatur dalam undang-undang KPK. Apalagi, dua pimpinan tersebut yakni Zulkarnain dan Adnan Pandu Praja sudah dilaporkan ke Bareskrim beberapa waktu lalu dengan kasus yang berbeda.

Selain terbatasnya pimpinan, KPK juga tak bisa menjalankan fungsinya karena penyidik dan penyelidik semakin sempit. Menurut Hifdzil, semua tugas penyelidik dan penyidik adalah atribusi wewenang yang dimiliki pimpinan KPK. Selain itu, Bareskrim juga telah menetapkan 21 penyidik KPK sebagai tersangka kasus dugaan kepemilikan senjata api ilegal.

"Serangannya begitu bertubi-tubi, berarti nanti KPK bukan shut down lagi, wassalam, tinggal nisannya saja," ujarnya. Dia pun menganggap serangan terhadap KPK ini sebagai desain otomatis melemahkan lembaga antirasuah.

Hifdzil mencontohkan kasus dugaan menyuruh memalsukan dokumen yang dituduhkan kepada Abraham. Dia menilai kasus tersebut di luar nalar karena terlapor, Feriyani Lim, baru mempersoalkan pemalsuan dokumen tujuh tahun kemudian.

Selain itu, kata Hifdzil, dugaan pemalsuan dokumen yang dilakukan Abraham merupakan jenis pelanggaran mala prohibita. Mala prohibita merupakan orang melakukan pelanggaran yang hampir dilakukan semua orang. "Kalau semua diproses, berapa banyak yang dipidanakan."

Dia juga melihat keanehan penetapan tersangka terhadap 21 penyidik. Hifdzil menilai kepemilikan senjata api tersebut merupakan urusan administratif. Sehingga tidak ditarik ke ranah pidana. "Kalau semua dipidanakan, bubar saja KPK ini," ujarnya.

Dia mensinyalir serangan-serangan tersebut merupakan rangkaian rencana Budi Gunawan melemahkan lembaga antirasuah. "Plan a menang praperadilan, maka lanjut ke plan b, upaya pelemahan KPK."

LINDA TRIANITA

Berita terkait

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

1 hari lalu

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

Novel Baswedan, mengomentari proses pemilihan panitia seleksi atau Pansel KPK.

Baca Selengkapnya

Pengacara Jelaskan Kondisi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Usai Dilaporkan ke KPK

1 hari lalu

Pengacara Jelaskan Kondisi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Usai Dilaporkan ke KPK

Bekas Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean disebut butuh waktu untuk beristirahat usai dilaporkan ke KPK

Baca Selengkapnya

Istri akan Dampingi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Klarifikasi LHKPN di KPK

1 hari lalu

Istri akan Dampingi Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Klarifikasi LHKPN di KPK

KPK menjadwalkan pemanggilan Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta, Rahmady Effendy Hutahaean, untuk memberikan klarifikasi soal kejanggalan LHKPN

Baca Selengkapnya

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

1 hari lalu

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

Pemilihan Pansel KPK patut menjadi perhatian karena mereka bertugas mencari figur-figur komisioner dan Dewan Pengawas KPK mendatang.

Baca Selengkapnya

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

1 hari lalu

Pansel KPK Tuai Perhatian dari Sejumlah Kalangan, Istana dan DPR Beri Respons

Pembentukan Pansel Capim KPK menuai perhatian dari sejumlah kalangan. Pihak Istana dan DPR beri respons ini.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta soal Pinjaman Rp 7 Miliar yang jadi Polemik

1 hari lalu

Penjelasan Istri Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta soal Pinjaman Rp 7 Miliar yang jadi Polemik

Margaret Christina Yudhi Handayani Rampalodji, istri bekas Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean menjelaskan asal-usul Rp 7 miliar.

Baca Selengkapnya

Penyitaan Rumah dalam Kasus Korupsi, Terbaru Rumah Syahrul Yasin Limpo dan Tamron Raja Timah Bangka

1 hari lalu

Penyitaan Rumah dalam Kasus Korupsi, Terbaru Rumah Syahrul Yasin Limpo dan Tamron Raja Timah Bangka

Penyitaan rumah dalam dugaan kasus korupsi Syahrul Yasin Limpo dan Tamron Raja Timah Bangka. Apa landasan penyitaan aset tersangka korupsi?

Baca Selengkapnya

2 Selebritas Windy Idol dan Nayunda Nabila Diperiksa KPK, Tersangkut Kasus Korupsi Siapa?

1 hari lalu

2 Selebritas Windy Idol dan Nayunda Nabila Diperiksa KPK, Tersangkut Kasus Korupsi Siapa?

Windy Idol dan Nayunda Nabila Nizrinah terseret dalam dugaan kasus korupsi yang berbeda hingga diperiksa KPK. Apa sangkut pautnya?

Baca Selengkapnya

Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Diseret Urusan PT Cipta Mitra Agro, Pengacara: Itu Bisnis Istrinya

1 hari lalu

Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Diseret Urusan PT Cipta Mitra Agro, Pengacara: Itu Bisnis Istrinya

Pengacara eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy merasa heran kliennya diseret dalam kasus yang melibatkan perusahaan sang istri.

Baca Selengkapnya

KPK Periksa Kepala Bea Cukai Purwakarta Senin Mendatang soal LHKPN yang Janggal

2 hari lalu

KPK Periksa Kepala Bea Cukai Purwakarta Senin Mendatang soal LHKPN yang Janggal

KPK menjadwalkan pemanggilan Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya