Slamet Rahardjo: Kisah Alex Komang Berguru ke Teguh Karya
Editor
Nur Haryanto
Sabtu, 14 Februari 2015 14:24 WIB
TEMPO.CO, Jepara - Aktor senior Slamet Rahardjo masih mengingat Alex muda sebagai orang desa yang enerjik. Pertama kali datang ke Jakarta Alex muda memberanikan diri datang menemui sutradara terkenal Teguh Karya. "Kamu siapa orang desa datang Ke Jakarta," kata Slamet Rahardjo menirukan ucapan Teguh Karya di depan hadirin sebelum melepaskan Jenazah Alex Komang ke pemakaman.
Slamet Rahardjo pun memiliki kesan tersendiri akan sosok Alex Komang yang dikenalnya. Menurutnya Alex adalah orang yang aneh karena kebiasaannya sehari-hari. "Ketika orang tidur dia bangun dan orang bangun dia tidur," kata dia.
Karena keunikan serta keinginanya yang bersungguh-sungguh untuk belajar teater. Tak heran jika akhirnya Alex diterima oleh Teguh sebagai murid didiknya di teater populer. Dengan satu syarat dari gurunya tersebut Alex tidak boleh malas. Bahkan Slamet masih mengingat dengan baik saat itu Teguh berpesan kepada Alex agar tak meninggalkan sholat.
Kepergian Alex membuat sejumlah kawannya sesama seniman sedih. Apalagi setelah diketahui Alex menyembunyikan penyakitnya dari keluarga serta teman-temannya. "Pergilah kamu Alex, pergilah dengan baik. kamu tidak dipanggil oleh Bupati, tidak Gubernur dan tidak juga Presiden. Tetapi kamu dipanggil oleh Allah dan datanglah dengan terhormat," ujar Slamet menutup.
Satu persatu satu pelayat bergantian membacakan surat Yassin di depan jenazah Alex Komang di kediamannya di Desa Pecangaan, Kulon Jepara Jawa Tengah. Jenazah dimakamkan selepas salat dzuhur, "agar memudahkan bagi yang mau melayat," ujar Adik Alex Komang, Ainun Najib, Sabtu, 14 Februari 2015.
Alex komang lahir di Jepara, Jawa Tengah 17 September 1961. Ia merupakan putera dari Sohib Al-Halim seorang kyai penghafal Al-Qur'an yang cukup disegani. Pria ini dikenal dalam perannya sebagai Togar dalam film "Secangkir Kopi Pahit" pada tahun 1985. Dia masih aktif di dalam dunia pentas seni peran.
Beberapa filmnya yang terkenal di Indonesia adalah Doea Tanda Mata (1985), Secangkir Kopi Pahit (1985), Ibunda (1986), Mementos (1986), Pacar Ketinggalan Kereta (1989), Ca Bau Kan (2002), Puteri Gunung Ledang (2004), Laskar Pelangi (2008), Darah Garuda A(2010), Surat Kecil Untuk Tuhan (2010), 9 summers 10 autumns (2013), Sebelum Pagi Terulang Kembali (2014), dan Gunung Mas Almayer (2014).
Ucapan duka cita pun datang dari Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan. Tampak juga hadir sejumlah artis seperti Slamet Rahardjo, Ketua Badan Perfilman Indonesia, Kemala Atmaja. Jenazah akan dimakamkan tak jauh dari rumahnya di tempat pemakaman umum Sirandu, Desa Pecangan Kulon, Pecangan, Jepara, Jawa Tengah.
FARAH FUADONA