TEMPO.CO , Jakarta: Mohammad Doni Irwanto, 29 tahun, dan Sudarmadi, 29 tahun, mengenakan setelah jas hitam resmi dan kemeja putih. Mereka tidak hapal nomor telepon mereka sendiri. "Kami baru tadi malam tiba, dan nomornya baru," kata Doni di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Luar Negeri, Cevest, Bekasi, Jumat, 13 Februari 2015.
Kedua pria itu baru tiba di Indonesia, Kamis 12 Februari 2015, setelah magang di Jepang selama tiga tahun terakhir. Sudarmadi ingat dinginnya suhu di Negara Sakura. Doni pun masih terbiasa dengan etos kerja masyarakat Jepang yang penuh disiplin dan tepat waktu. "Telat satu detik saja kena hukum. Tapi bagus itu, karena melatih saya disiplin," katanya.
Mereka adalah dua orang dari 93 peserta magang yang baru pulang dari Jepang. Selama di luar negeri, mereka magang sambil mencuri ilmu dari warga Jepang. Doni mengaku menangani mesin peralatan berat. Ia mengklaim cukup ahli mengurus mesin dari mulai memprogram hingga menangani mesin di perusahaan alat berat seperti Caterpillar.
Sudarmadi mengaku selama tiga tahun terakhir menjadi operator mesin penekanan logam. Teman-teman mereka di ruangan itu sedang sibuk mengisi berbagai berkas di bangku masing-masing. Maklum, kebanyakan dari alumni ini akan mengikuti wawancara dengan perusahaan Jepang yang sengaja diundang untuk merekrut para pemuda pemudi terpilih ini.
Namun Doni dan Sudapradi terlihat santai. "Kami rencananya mau wirausaha saja," kata Doni. Doni ingin mengikuti seniornya melakukan bisnis sendiri. Sedangkan Sudarmadi bercita-cita ingin berjualan kerupuk. Di balik penampilan yang necis dan formal, ternyata mereka alumni salah satu pesantren di Jawa Timur.
Ceritanya bermula setelah keduanya lulus dari pesantren. Mereka mendaftar di program magang yang diselenggarakan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan Association for International Manpower Development of Medium and Small Enterprises, semacam yayasan yang merekrut dan menyalurkan tenaga kerja asing di Jepang.
Selama dua bulan Doni dan Sudarmadji mengikuti pendidikan dan latihan di daerah asal dan dua bulan lagi di balai latihan kerja pusat, Bekasi. Sesampainya di Jepang, mereka pun harus mengikuti pendidikan dan latihan satu bulan lagi untuk mempelajari tentang budaya sebelum akhirnya mengikuti magang di kantor Jepang.
<!--more-->
Menteri Hanif menyebut Doni, Sudarmadi dan 91 alumni magang yang baru pulang ini aset bangsa. "Mereka adalah kantong kantong usia produktif yg memerlukan keterampilan dan kompetensi dan perlu didorong. Mereka aset bangsa," katanya. Ia pun tidak mengira ada anak pesantren yang mengikuti program magang yang sudah berlangsung sejak 1993 itu.
"Mereka dari dunia pesantren dengan nilai kemodernan. Mereka tidak kalah," katanya. Menurut Hanif, dari segi karakter para pemuda ini sangat kuat. Hanif menilai positif kegiatan ini karena dapat melakukan alih pengetahuan, keterampilan dan teknologi. Hanif berharap alumni magang ini bisa seperti kakak kelas mereka yang sudah sukses di bidangnya masing-masing.
Ada yang sudah menjadi general manager di sebuah perusahaan asing di usia 35 tahun. Ada pula yang berwirausaha hingga memiliki 300-500 karyawan.
Ketua Ikatan Pengusaha Mantan Kenshushei (Ikapeksi), Edi Waryono, 43 tahun, mengatakan memang banyak koleganya yang melakukan wiraswasta sepulang dari kegiatan magang di Jepang itu. Pria yang mengikuti kegiatan magang pada tahun 1999-2002 ini juga sudah lima tahun terakhir berwiraswasta.
Pria yang ahli desain grafis ini melakukan industri packaging yang hasilnya telah diekspor ke beberapa negara seperti Korea dan Nigeria. Sebelumnya, Edi bekerja di perusahaan Jepang. Pria asal Sulawesi Selatan ini menilai positif kegiatan magang di negeri asing itu.
Menurutnya kegiatan tahunan itu bisa memberikan berbagai pengalaman kepada para pemuda Indonesia. Untuk alumni yang baru pulang ke tanah air, ia menyarankan untuk mendaftar di Ikapeksi. "Di sini kami akan menularkan ilmu kepada adik adik baru kami," katanya.
Program pemagangan kerjasama antara Kementerian Tenaga Kerja dengan IM Japan ini sudah dimulai sejak 1993. Hingga Januari 2015, jumlah peserta yang telah diberangkatkan sebanyak 35.426 orang. Dari jumlah itu terdapat 29.971 orang yang kembali ke Tanah Air dan mengembangkan berbagai usaha di berbagai sektor. Sebanyak 5.455 di antaranya masih melaksanakan program magang.
MITRA TARIGAN