Minim Hujan, Kebakaran Hutan Riau Kian Meluas  

Reporter

Rabu, 11 Februari 2015 20:48 WIB

Asap yang disebabkan titik api terlihat di sebuah lahan kawasan Riau, 17 September 2014. BNPB mengimbau warga untuk menggunakan masker karena masih ditemukannya titik api yang menyebabkan kabut asap di Riau dan sejumlah wilayah di Sumatera. ANTARA/Wahyu Putro A

TEMPO.CO, Pekanbaru - Curah hujan yang minim diiringi cuaca panas sejak sebulan terakhir memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Bengkalis, Riau. Hingga kini, titik api terus bermunculan di beberapa wilayah sehingga kebakaran hutan kian meluas mencapai 60 hektare. "Api sulit dipadamkan karena faktor cuaca panas," kata Kepala Bidang Pemadam Kebakaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bengkalis Suiswantoro kepada Tempo, Rabu, 11 Februari 2015.

Suiswantoro mengatakan kebakaran lahan terbesar yang mencapai 30 hektare, berada di Kecamatan Bukit Batu, Desa Buruk Bakul, berbatasan dengan konsesi perusahaan HTI PT Arara Abadi. Titik api nyaris mendekati hutan akasia milik perusahaan tersebut. Kemudian, Kecamatan Siak Kecil, Desa Sumber Jaya, dan Sungai Linau, sekitar 10 hektare. Lalu di Kecamatan Bantan, Bengkalis, lebih-kurang 8 hektare. "Ada titik api baru di Desa Damai," ujar Suiswantoro.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, kata Suiswantoro, diduga penyebab kebakaran merupakan unsur kesengajaan dari masyarakat untuk membuka lahan perkebunan. Hal ini terlihat adanya aktivitas pembersihan di sekitar lahan dengan melakukan perambahan dan membakarnya. "Kami melihat lahan itu sudah dikaveling-kaveling, kemudian sengaja dibakar untuk pembersihan," ujar Suiswantoro.

Sejauh ini, lanjut Suiswantoro, sebanyak 124 regu pemadam kebakaran dari BPBD telah dikerahkan untuk delapan kecamatan berjibaku memadamkan api. Pemadaman juga dibentuk oleh tim pemadam perusahaan sebanyak 100 orang, serta 40 personel anggota Kepolisian Resor Bengkalis. PT Arara Abadi turut membantu pemadaman dengan mengerahkan satu unit helikopter untuk pemadaman lewat udara. "Perusahaan bantu pemadaman lewat udara dengan water bombing."

Namun regu pemadam mengalami kesulitan menjinakkan api mengingat lahan terbakar lebih dominan lahan gambut, cuaca kering, dan angin kencang membuat api cepat meluas. "Ditambah lagi akses jalan yang sulit ditempuh, sumber air juga sulit didapatkan," lanjut Suiswantoro.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Pekanbaru menyatakan Satelit Terra dan Aqua memantau 37 titik panas di Riau. Jumlah titik panas terus meningkat dari sebelumnya 33 titik panas. Titik panas banyak terpantau di Bengkalis 32 titik. Kemudian lima titik panas lainnya terpantau di Siak dan lima titik panas Pelalawan.

RIYAN NOFITRA

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

6 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

14 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

39 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

42 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

44 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

44 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

44 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

44 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

49 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

56 hari lalu

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya