TEMPO.CO , Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan banjir yang melanda wilayah Jakarta kemarin bukan dari luapan sungai. Menurut dia, banjir muncul akibat hujan dengan intensitas tinggi sejak Ahad, 8 Februari 2015.
"Kalau kita lihat di Ciliwung drainasenya masih 50 sentimeter di atas sungai," kata Basuki di Istana Kepresidenan, Selasa, 10 Februari 2015.
Untuk itu, menurut Basuki, saat ini yang perlu ditingkatkan adalah kapasitas drainase di wilayah Jakarta. "Perlu diimprove kapasitas setiap drainase," ujarnya.
Selain itu, pemerintah juga menggenjot pengerjaan sodetan dari Sungai Ciliwung ke Banjir Kanal Timur. Ia berharap pekerjaan situs inlet di Bidara Cina, Jakarta Timur yang menjadi pintu masuk mengalirnya air dari Ciliwung ke BKT segera rampung.
Bila pembebasan lahan di Bidara Cina tak menemui hambatan, sodetan bisa rampung pada Desember 2015. Saat itu, dua gorong-gorong kembar mampu mengalirkan volume air Kali Ciliwung hingga 60 meter kubik per detik.
Sementara, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Tata Air DKI Jakarta Agus Priyono menjelaskan, drainase yang ada saat ini hanya dirancang untuk menampung curah hujan antara 50 sampai 60 milimeter per jam. "Sebetulnya kapasitasnya cukup, tapi karena kemarin hujannya terus-terusan jadi enggak tertampung, padahal curah hujannya tidak terlalu besar."
Idealnya, kata Agus, drainase di Jakarta berkapasitas 80 milimeter perjam. Apalagi, dia menjelaskan, saat ini curah hujan di Jakarta semakin meningkat karena pengaruh iklim. "Dulu memang curah hujan di Jakarta hanya berkisar antara 50-60 mm perjam, jadi kapasitasnya dibuat segitu."
AYU PRIMA SANDI