TEMPO Interaktif, Jakarta:Sejumlah pelaku usaha dan delegasi dari 20 negara anggota ASEAN tertarik untuk mempelajari teknologi Cina. "Teknologi Cina dinilai cukup maju dalam menghasilkan produk-produk hasil usaha kecil dan menengah," ujar Koordinator Unit Sains dan Teknologi Sekretariat ASEAN, Donald Tambunan, di sela-sela Lokakarya Pemberdayaan UKM Melalui Kemampuan Teknologi di Bandung, Rabu (13/7). Menurut Donald, sebagian dari teknologi Cina sebenarnya merupakan hasil modifikasi dari teknologi negara lain. Tapi, mereka sendiri juga punya kemampuan untuk menghasilkan teknologi. "Banyak produk pangan dari Cina yang sudah digunakan di Indonesia. Mulai dari minuman, makanan, sampai obat-obatan," katanya.Selama ini, kata Donald, Cina dikenal sebagai negara yang menghasilkan produk-produk dengan harga murah. "Tapi saya tidak bicara soal kualitas. Karena dalam banyak hal kualitasnya belum tentu lebih baik dari produk buatan Jepang atau Korea," ujarnya. Ia menilai dalam beberapa tahun terakhir, kualitas produk Cina berangsur-angsur membaik.Menurut Donald, sejak 2004 lalu, semua anggota ASEAN sudah bersepakat untuk meningkatkan dayakompetitif 11 produk sampai tahun 2010. Sebelas produk itu mencakup produk elektronik, e-ASEAN, produk kesehatan, produk berbasis kayu, otomotif, produk berbasis karet, tekstil dan pakaian, produk pertanian, perikanan, travel dan wisata.Kepala Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Akmadi Abbas mengatakan melalui lokakarya tidak tertutup kemungkinan membuka peluang bisnis di antara para UKM di negara-negara ASEAN. rana akbari fitriawan
Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan
27 Februari 2024
Amartha dan Unilever Indonesia Sinergikan Jejaring Usaha Mikro Perempuan
Amartha dan Unilever Indonesia kolaborasikan jejaring usaha mikro Perempuan dengan jejaring bank sampah berbasis komunitas untuk kelola sampah plastik secara produktif dan ekonomis.
Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026
14 Juli 2023
Riset Prediksi Kebutuhan Pembiayaan UMKM Rp 4.300 T pada 2026
Riset yang dilakukan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) bersama Ernst & Young Indonesia menemukan kebutuhan pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah alias UMKM yang mencapai ribuan triliun pada 2026.