Profil Mathur, Aktivis Antikorupsi yang Ditembak
Editor
Kodrat setiawan
Jumat, 23 Januari 2015 08:44 WIB
Setelah organisasi berjalan, di tahun yang sama Aliman masuk ranah politik dengan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bangkalan. Sementara Mathur membuat LSM sendiri bernama Centre For Islam dan Democration Studies (CIDEs). "Mathur membina aktivis dan menggerakkan mereka untuk demo," ujar Aliman.
Meski aktif didunia aktivis, Mathur juga pernah menjadi Ketua Panwaslu Bangkalan pada 2009. Dia juga pernah melamar menjadi Komisioner KPU Bangkalan namun gagal. Terakhir pada pileg lalu, dia nyaleg anggota DPRD Provinsi Jawa Timur dari Partai Bulan Bintang meski gagal. "Di dunia pemerintahan, Mathur banyak gagalnya," ungkap Aliman.
Pada 2010, ketika mobil dan rumah Aliman Haris dirusak orang, menjadi titik awal Mathur gencar melawan Bupati Bangkalan saat itu, Fuad Amin Imron. Kali ini caranya tidak dengan demo, melainkan mengumpulkan data kemudian melaporkannya ke penegak hukum terutama KPK. Di tahun itu pula misalnya, Mathur datang ke kantor KPK di Jakarta melaporkan kasus penjualan tanah negara oleh Fuad Amin ke PT MISI untuk pembuatan pelabuhan di Kecamatan Socah.
Bahtiar Pradinata, kuasa hukum Fuad Amin, membantah tudingan aktivis di Bangkalan yang menyebut Fuad memiliki andil dalam kasus penembakan Mathur. (Baca juga: Pengacara: Bukan Fuad di Balik Penembakan Aktivis)