Foto bagian ekor pesawat AirAsia QZ8501 di dalam perairan Laut Jawa ditampilkan oleh BASARNAS, 7 Januari 2015. Lokasi penemuan berada di titik koordinat 3 derajat 38' 39'' Lintang Selatan dan 109 derajat 43' 45'' Bujur Timur, sekitar 127 kilometer dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, dan 188 kilometer dari Pulau Belitung. AP/BASARNAS
TEMPO.CO, Pangkalan Bun - Tim pencari dan penyelamat (SAR) gabungan rencananya mengangkat ekor pesawat Air Asia QZ8501 pada Jumat besok, 9 Januari 2015. Proses pengangkatan ini dapat dikatakan rumit.Tim menggunakan tujuh lifting bags atau balon pengangkat untuk mengangkut ekor pesawat seberat 70 ton. ”Kami memakai lifting bags dengan prinsip kompressor yang ditiupkan dari atas kapal,” kata Ketua Tim Penyelam TNI Angkatan Laut Kapten Saiful Aprianto di Lapangan Udara Iskandar Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis, 8 Januari 2015.
Tim akan membawa tujuh lifting bags, yaitu dua balon berkapasitas angkut 5 ton, tiga balon berkapasitas 10 ton, dan dua balon kapasitas 35 ton. Tim dinas penyelamat armatim TNI Angkatan laut membawa alat tersebut dari Bandara Juanda Surabaya ke Lapangan Iskandar Pangkalan Bun dengan pesawat Uniform -617.
Rencananya, ketujuh balon pengangkat itu akan diikat pada ujung-ujung ekor pesawat yang terletak di kedalaman 30 meter di Laut Karimata. Sebanyak 15 penyelam terlatih akan mengikat tali tersebut dan memastikan posisi pengangkatan seimbang. (Baca: Ekor AirAsia Ditargetkan Diangkat Besok).
Setelah itu, tim di atas kapal meniupkan gas lewat kompressor agar lifting bags mengembang dan mampu mengangkat ekor hingga ke permukaan laut. Tim juga menggunakan crane atau taling pengerek untuk memindahkan puing ekor pesawat dari permukaan laut ke atas kapal. ”Lebih aman diangkat dulu dengan lifting bags ke permukaan, lalu diangkat lagi pakai crane ke atas kapal,” kata Saiful.
Skenario lain, puing ekor pesawat akan dibiarkan berada di dalam air dan tetap digantung pada balon. Menurut Saiful, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyarankan agar black box atau kotak hitam di ekor pesawat tersebut sebaiknya berada di dalam air. ”Jadi ada kemungkinan tetap digantung dulu,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Manahan Simorangkir di Pangkalan Bun, Kamis sore tadi. (Baca: Olah Kotak Hitam AirAsia, Bagaimana Prosesnya?).
TNI Angkatan Laut memastikan penggunaan balon pengangkat lebih aman dibanding hanya menggunakan crane di atas kapal pontoon atau tongkang. Soalnya, daya angkut crane dipastikan harus lebih besar ketimbang beban ekor pesawat. Menurut dia, beban ekor pesawat memiliki berat tambahan karena air dan arus bawah laut. ”Jadi lebih baik pakai balon,” kata Letnan Kolonel AL Ashari Alamsyah pada kesempatan yang sama.
Tim penyelam dipastikan bekerja cepat. Rencananya, tim berangkat dari Pangkalan Bun pada pukul 05.30 WIB dengan menggunakan helikopter Basarnas dan TNI AL. Awak kapal KRI Banda Aceh menjadi pengawas dan operator pengangkatan ekor. "Dengan kedalaman laut 30 meter, kami bekerja 20-30 menit karena tak ada chamber sehingga memakai prosedur tabel,” kata Saiful. (Baca: Moeldoko Pimpin Evakuasi Ekor AirAsia).