Penyelam dari Basarnas menggunakan perahu karet dari Kapal Negara SAR Purworejo menuju KRI Banda Aceh di perairan Laut Jawa, Minggu 4 Januari 2015. Penyelaman untuk mencari badan pesawat Air Asia QZ8501 tertunda karena cuaca buruk dengan arus bawah laut yang tidak aman untuk penyelaman. ANTARA/Fanny Octavianus
TEMPO.CO, Selat Karimata - Empat penyelam TNI Angkatan Laut terjun ke laut untuk mencari kotak hitam atau black box di ekor pesawat Air Asia QZ8501, yang hilang sejak Ahad, 28 Desember 2014. Tujuan utama penyelaman kali ini adalah mendokumentasikan ekor pesawat sekaligus memasang tali untuk mempermudah pengangkatan. (Baca: Ekor Air Asia Ditemukan, Black Box di Mana?)
Pada pukul 10.35 WIB hari ini tim penyelam TNI AL dan surveyor berhasil menemukan ekor pesawat Air Asia QZ8501 di perairan Selat Karimata. "Jika kotak ketemu dan cukup waktu, kami langsung membawanya ke permukaan," ujar Sersan Kepala Anjar Nur Sulistiono, salah satu penyelam, Rabu, 7 Januari 2015. (Baca: Ekor AirAsia Ditemukan, Ada 4 Puing Tambahan)
Ihwal rencana pengangkatan kotak hitam, koordinator penyelaman, Mayor Profs Dhegraft, belum bisa memastikan apakah ada black box di dalam ekor itu. Anjar menyelam bersama Kelasi Kepala Edi Susanto pada pukul 02.20 WIB hari ini. Kopral Dua Kaspidi dan Kopral Dua Pati Prakawanta kemudian menyelam setelah penyelaman Anjar dan Edi selesai. (Baca: Ekor Air Asia Ditemukan, Ini Lokasinya)
Dalam tugas kali ini, penyelam dibekali pisau yang bisa digunakan jika sewaktu-waktu harus mengoyak ekor guna menemukan kotak hitam. Mereka juga dibekali sensor penanda bawah laut yang dipasang di pinggang. Penyelaman hanya diberi waktu maksimal 30 menit karena keterbatasan stok oksigen. Adapun di dasar laut penyelam hanya memiliki waktu 10 menit. (Baca: Ekor AirAsia Ditemukan, Penyelam Kehabisan Oksigen)
Arus di dasar laut sekitar lokasi penemuan ekor ini berkecepatan 2-3 knot. Dalam kondisi ini, waktu penyelaman berisiko berkurang karena penyelam harus melawan arus. Dalam penyelaman sebelumnya, Sersan Mayor Bovlen Sirait dan Sersan Kepala Oo Sudarna hanya berada di bawah air selama 17 menit. "Saat arus seperti itu, oksigen lebih cepat habis. Tadi kami hampir kehabisan napas," ujar Anjar. (Baca juga: Ekor Air Asia Ditemukan di Dasar Laut)
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) menyebut kondisi korban kecelakaan pesawat capung di Jalan Sunburst, Cilenggang, Tangerang Selatan masih utuh. Kecelakaan terjadi saat hujan deras melanda wilayah ini.