Juru Bicara GAM Bantah Peristiwa Takengon Dilakukan Pihaknya
Reporter
Editor
Kamis, 31 Juli 2003 09:33 WIB
TEMPO Interaktif, Lhokseumawe:Juru Bicara Sayap Militer Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Sofyan Daud, menilai peristiwa pembakaran dan pembunuhan di Takengon, Aceh Tengah, pekan lalu merupakan kesengajaan untuk menghancurkan kesepakatan damai di Aceh. Peristiwa itu juga dinilainya bertujuan membubarkan Tim Joint Security Committee (JSC). Kelompoknya, kata Sofyan, memiliki bukti kuat aksi itu dilakukan sekelompok milisi yang dipersenjatai dan didukung dana yang besar. "Padahal yang mereka perangi adalah saudara sendiri," kata Sofyan di Aceh, Senin (17/3). Indikasi bahwa pelaku-pelaku kejahatan di Aceh Tengah adalah kelompok milisi, menurut dia, karena hingga kini belum ada satupun anggota kelompok itu yang tertangkap. Padahal pelaku-pelakunya telah banyak dikenal bahkan terekam dengan baik dalam kamera milik staf Pemda Aceh Tengah ketika mereka beraksi. Andaikan tidak dilindungi, tambahnya, aparat kepolisian RI tentu sudan menahan para pelaku tersebut karena telah melakuan tindakan perusakan terhadap kantor tim pemantau keamanan di Aceh Tengah. "Tapi sampai sekarang justru tidak diusut," ujarnya. Kepada masyarakat Aceh, Sofyan Daud menyerukan agar dapat membantu dan mempertahankan keberadaan Tim JSC di Aceh. Alasannya, selama ini tim tersebut sudah terbukti mampu menciptakan kondisi aman di tengah masyarakat. Rakyat Aceh, diminta Sofyan, untuk tidak terpancing dengan provokasi kelompok tertentu yang menginginkan JSC bubar. Kalau ini terjadi, dunia tidak akan pernah percaya lagi kepada kita," kata Sofyan yang juga merangkap Panglima GAM Wilayah Pase. (Zainal Bakri - Tempo News Room)
Berita terkait
Bandara Adi Soemarmo Solo Turun Status dari Bandara Internasional Jadi Bandara Domestik, Ini Profilnya
3 menit lalu
Bandara Adi Soemarmo Solo Turun Status dari Bandara Internasional Jadi Bandara Domestik, Ini Profilnya
Kemenhub tetapkan Bandara Adi Soemarmo turun status dari bandara internasional menjadi bandara domestik. Ini kekhawatiran Sandiaga Uno,