UGM Galang Dukungan Lawan Massa Anti-Film Senyap

Reporter

Jumat, 19 Desember 2014 16:31 WIB

Pengunjung pemutaran film dokumenter "Senyap" tampak kecewa setelah acara tersebut dibubarkan di Warung Kelir, Malang, 10 Desember 2014. TEMPO/Abdi Purmono

Sosiolog Fisipol UGM, Arie Sudjito juga menilai kasus penggerudukan massa organisasi kemasyarakatan ke sejumlah lokasi pemutaran film "Senyap" di Yogyakarta, termasuk di kampusnya, sudah keterlaluan. Dia berpendapat, kasus pelanggaran hak-hak warga negara, yang terus berulang seperti ini, tidak bisa lagi ditoleransi. "Melanggar HAM, Demokrasi dan bukti negara masih lemah serta aparat kalah dengan milisi sipil," kata Arie.

Saat ini, bersama sejumlah rekannya sesama akademikus, Arie sedang mempersiapkan nota protes untuk mendesak Presiden Jokowi mengambil sikap tegas. Dia berpendapat kasus pembubaran pemutaran film "Senyap" di berbagai daerah layak menjadi masalah nasional dan mengundang perhatian presiden. "Ini momentum tepat agar Jokowi melunasi janjinya, yakni membuat negara hadir di kehidupan publik," kata Arie.

Peneliti Institute Research of Empowerment (IRE) tersebut menilai upaya menangani ulah kelompok-kelompok intoleran bukan masalah sulit bagi pemerintahan Jokowi. "Apalagi, ini amanat konstitusi," kata dia.

Nota protes itu, menurut Arie, juga akan dikirim ke Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta. Polda DIY perlu bertanggungjawab atas terjadinya pembubaran acara pemutaran film "Senyap" di kampus Fisipol UGM, ISI Yogyakarta, AJI Yogyakarta dan tempat lain. "Kami ingin mengajak semua elemen masyarakat sipil ikut bergerak," kata dia.

Adapun pakar politik Fisipol UGM, Ari Dwipayana mengkritik sikap polisi dan Satuan Keamanan Kampus (SKK) UGM yang justru membiarkan massa menyerbu lokasi acara mahasiswa dan malah meminta segera ditutup sebelum waktunya. "Itu ancaman serius bagi demokrasi," kata Ari.


Advertising
Advertising


Polisi seharusnya bersikap tegas dengan melindungi hak warga negara agar bebas berkumpul dan berpendapat. Pembiaran polisi pada massa yang mengancam dan membubarkan forum akademik merupakan kesalahan fatal. "Negara absen untuk menjaga hak warga negara, apalagi Gubernur (DIY), Bupati dan Wali Kota diam saja," kata Ari.

Rangkaian pembubaran acara pemutaran film "Senyap" di UGM dan tempat-tempat lain selama dua hari belakangan merupakan preseden terburuk bagi status Yogyakarta sebagai Kota Pelajar. Kota Yogyakarta, menurut Ari, sejak lama merupakan kawasan yang selalu kaya dengan gagasan-gagasan mengenai kemerdekaan berfikir dan berpendapat.

Ari meyakini apabila tidak ada upaya tegas dari pemerintah untuk menghentikan aksi seperti ini, kasus serupa akan terus bermunculan di masa depan. Dia mendesak Kapolri Sutarman segera mengevaluasi kinerja anak buahnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. "Kasus ini tidak bisa dianggap masalah lokal DIY."

Rentetan kasus seperti ini juga merupakan bukti reformasi kepolisian masih belum tuntas. Menurut Ari, kepolisian perlu segera mengubah haluan dan mengambil sikap tegas pada setiap kelompok yang memakai cara kekerasan untuk memaksakan pendapat. "Jokowi harus mendesak Kapolri segera mereformasi institusinya," kata Ari.



Berita terkait

KKP dan UGM Sepakati Kerja Sama Bidang Kelautan

9 Maret 2024

KKP dan UGM Sepakati Kerja Sama Bidang Kelautan

Kerja sama melibatkan sejumlah fakultas di UGM.

Baca Selengkapnya

Hampir 1.000 Pegawai UGM Terima Penghargaan Purnabakti dan Kesetiaan

18 Januari 2024

Hampir 1.000 Pegawai UGM Terima Penghargaan Purnabakti dan Kesetiaan

Sebanyak 907 dosen dan tenaga kependidikan di lingkungan Universitas Gadjah Mada atau UGM menerima penghargaan kesetiaan dan purnabakti.

Baca Selengkapnya

5 Sikap UGM Terkait Surat Edaran Larangan LGBT Dekan Fakultas Teknik

29 Desember 2023

5 Sikap UGM Terkait Surat Edaran Larangan LGBT Dekan Fakultas Teknik

Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Wening Udasmoro, menegaskan UGM telah memiliki sikap dan posisi yang tegas terkait hal itu.

Baca Selengkapnya

Heboh Beras Plastik, Pakar di UGM Jelaskan Mengapa Nasi Bisa Memantul

11 Oktober 2023

Heboh Beras Plastik, Pakar di UGM Jelaskan Mengapa Nasi Bisa Memantul

Wakil Ketua Pusat Halal UGM Nanung Danar Dono menyebut informasi yang beredar di media sosial terkait peredaran beras plastik adalah hoaks.

Baca Selengkapnya

Tim Bimasakti Racing Team UGM Kembangkan Mobil Formula Hybrid

25 Januari 2023

Tim Bimasakti Racing Team UGM Kembangkan Mobil Formula Hybrid

Tim Bimasakti Racing Team Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dilaporkan telah memulai riset teknologi hybrid untuk mobil formula.

Baca Selengkapnya

Puluhan Mahasiswa UGM Terima Beasiswa Freeport

5 Oktober 2022

Puluhan Mahasiswa UGM Terima Beasiswa Freeport

50 mahasiswa UGM menerima beasiswa untuk satu semester sebesar Rp 5 juta dan 10 mahasiswa asal Papua menerima beasiswa biaya kuliah hingga lulus,

Baca Selengkapnya

Tongkat Pintar Untuk Lansia dan Tunanetra Karya Mahasiswa UGM

16 September 2022

Tongkat Pintar Untuk Lansia dan Tunanetra Karya Mahasiswa UGM

pengembangan tongkat pintar UGM bermula dari keinginan tim menciptakan alat sederhana dengan banyak fungsi untuk memudahkan lansia dan tunanetra.

Baca Selengkapnya

Pengamat Teknologi Informasi UGM Sebut Aktivitas Bjorka Hacktivism, Apa Itu?

14 September 2022

Pengamat Teknologi Informasi UGM Sebut Aktivitas Bjorka Hacktivism, Apa Itu?

Pakar Teknologi Informasi UGM menilai apa yang dilakukan Bjorka sinyal kritik pemerintah untuk bebenah diri.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UGM Ciptakan Robot Pendeteksi Kekeroposan Pohon

13 September 2022

Mahasiswa UGM Ciptakan Robot Pendeteksi Kekeroposan Pohon

ekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan prototipe alat pendeteksi kekeroposan pada pohon yang diberi nama G-Ber.

Baca Selengkapnya

Buka Toko Kelontong Sejak Mahasiswa, Granita Alumnus UGM Raup Omset Rp 380 Juta per Bulan

2 September 2022

Buka Toko Kelontong Sejak Mahasiswa, Granita Alumnus UGM Raup Omset Rp 380 Juta per Bulan

Simak kisah Granita, alumnus UGM yang membuka toko kelontong hingga omset puluhan juta.

Baca Selengkapnya