Ribuan umat Kristiani mengikuti Misa Natal di Gereja Bethany Surabaya, Senin (24/12). TEMPO/Sony Wignya Wibawa
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Slamet Effendy Yusuf tak mempermasalahkan jika umat Islam mengucapkan "Selamat Natal" kepada warga Nasrani. "Kalau sebatas ucapan 'Selamat Natal' tidak apa-apa," kata Slamet Effendy Yusuf kepada Tempo, Kamis, 18 Desember 2014.
Menurut Slamet, ucapan "Selamat Natal" merupakan wujud toleransi beragama. Ucapan itu dinilai tidak akan mempengaruhi akidah dan identitas seorang. "Sikap saling menghormati seperti itu tidak ada urusannya dengan pengakuan imani," kata tokoh NU itu. (Baca: Natal, Gereja yang Pernah Diteror Bom Dijaga Ketat)
Walaupun demikian, kata Slamet, dalam ajaran Islam menyatakan sikap toleransi bukan berarti seorang muslim boleh menghadiri dan merayakan Natal. "Karena aktivitas yang bersifat ibadati jelas dilarang. Islam menegaskan prinsip beribadah menurut ajaran masing-masing," kata Slamet. (Baca: Polisi Tangkap Demonstran Anti-Natal di Mojokerto)
Dalam perkembangannya, kata Slamet, sejumlah ulama memperkenalkan istilah tasyabbuh. Istilah ini merujuk aktivitas yang menyerupai pemeluk agama lain. Istilah itu muncul karena laku budaya seseorang merupakan bagian dari identitas agama tertentu. Sedangkan ucapan "Selamat Natal", menurut Slamet, bukan bagian dari tasyabbuh. (Baca: Jokowi Natalan di Tiga Kota Papua)
Simak Rekayasa Lalu Lintas Arus Mudik dan Balik Tahun Baru 2024
29 Desember 2023
Simak Rekayasa Lalu Lintas Arus Mudik dan Balik Tahun Baru 2024
Pengaturan lalu lintas ini berupa pembatasan operasional angkutan barang di jalan tol dan non tol, serta sistem jalur dan lajur pasang surut atau contraflow.