Muncul Lagi, Serbuan Tomcat Malah Dicueki
Editor
Kukuh S Wibowo Surabaya
Selasa, 16 Desember 2014 16:05 WIB
TEMPO.CO, Bojonegoro - Dua tahun lalu serbuan tomcat pernah menghebohkan Surabaya. Belakangan serangga dengan nama latin Paederus littoralis itu muncul lagi di sekitar rumah susun Tanah Kalikedinding, Surabaya. Namun bagi warga Kabupaten Bojonegoro, tomcat dianggap serangga biasa yang tidak membahayakan.
Menurut seorang warga, Suharto, tomcat muncul saat pancaroba hingga awal musim hujan. Serangga ini mendatangi cahaya lampu dan suka masuk ke celah-celah perabotan rumah tangga. "Biasalah serangga ini," kata dia, Selasa, 16 Desember 2014. (Baca berita terkait: Serangan Tomcat Tak Seganas Dua Tahun Lalu)
Namun karena sering di-blowup media, tomcat menjadi terkenal, termasuk gigitannya yang menimbulkan rasa gatal, panas, dan bengkak merah. Padahal, kata dia, ada beberapa serangga yang lebih berbahaya ketimbang tomcat, antara lain kelabang dan katel alias laba-laba tanah. "Kalau itu harus diwaspadai karena berbahaya," ujarnya.
Akhir-akhir ini tomcat banyak ditemukan di Bojonegoro, terutama di rumah warga di pinggir sawah ataupun kebun. Desa Bendo di Kecamatan Kapas dan Desa Ngumpak Dalem, Kecamatan Dander, Bojonegoro, merupakan daerah yang banyak ditemukan tomcat. Ia masuk ke rumah warga bersama dengan serangga lain seperti iber-iber, walang sangit, dan wereng cokelat. (Baca: Tomcat Kembali Serang Warga Surabaya)
Karena tidak dianggap membahayakan, warga tak terlalu menggubris tomcat. Mereka bahkan baru tahu nama serangga itu setelah diberitakan media. "Di televisi katanya berbahaya. Kami menganggap biasa saja," ujar Cholis, warga Bendo.
Dua tahun lalu 13 kecamatan di Surabaya yang diserang tomcat. Salah satunya di Apartemen East Coast, Kenjeran. Tapi apartemen itu kini aman. "Kalau sekarang sudah nggak ada," kata salah seorang penghuni apartemen, Laura. (Lihat pula: Jumlah Korban Tomcat di Surabaya Menurun)
Ahli serangga atau entomolog dari Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Muhammad Yunus, mengatakan menurunnya populasi tomcat dipengaruhi beberapa faktor. Di antaranya berkurangnya musim tanam dan alih fungsi lahan.
SUJATMIKO
Berita Terpopuler:
Kesaksian WNI Soal Detik-detik Teror di Australia
Begini Akhir Teror Penyanderaan di Australia
Rini Soemarno Mau Jual Gedung BUMN ke Ahok
Dua Sandera Tewas, Korban Teror di Australia