Serangan Tomcat Tak Seganas Dua Tahun Lalu  

Reporter

Selasa, 16 Desember 2014 04:54 WIB

Petugas Puskesmas menunjukkan salah satu obat salep Hydrocortison yang dapat digunakan untuk mengobati serangan serangga Tomcat di Puskesmas Gambir, Jakarta, Senin (26/3). Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyatakan telah siap mengantisipasi apabila serangan serangga Tomcat meluas hingga menyerang warga di daerah Jakarta. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Surabaya - Penyebaran serangga tomcat di Surabaya ternyata sudah tidak seluas seperti 2012 lalu. Sampai sekarang, keberadaan serangga bernama ilmiah Paederus littoralis itu baru ditemukan di Rumah Susun Tanah Merah, Tanah Kali Kedinding. (Baca:Jumlah Korban Tomcat di Surabaya Menurun)

Dua tahun lalu, setidaknya 13 kecamatan di Kota Surabaya diserang tomcat. Salah satunya di Apartemen East Coast, Kenjeran. Namun apartemen itu kini aman dari serbuan tomcat. "Kalau sekarang sudah enggak ada," kata salah seorang penghuni apartemen, Laura, kepada Tempo, Senin, 15 Desember 2014.

Sekuriti apartemen, Rizki, mengaku pihak pengelola sudah mengantisipasi dengan menyemprot di seluruh ruangan apartemen. "Setiap Sabtu di-fogging, jadi enggak nemu lagi tomcat seperti 2 tahun lalu," ujarnya. (Baca:Tomcat Kembali Serang Warga Surabaya)

Ahli serangga atau Entomolog dari Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Muhammad Yunus mengatakan menurunnya populasi tomcat dipengaruhi beberapa faktor. Di antaranya berkurangnya musim tanam dan alih fungsi lahan.

<!--more-->

Banyaknya lahan yang digunakan untuk bangunan tempat tinggal manusia membuat populasi Tomcat jauh berkurang. "Jadi manusia yang menginvasi tempat perindukan tomcat," kata Yunus. (Baca:Pemerintah DKI Belum Atasi Tomcatdi Marunda)

Bergesernya tempat perindukan tomcat, berupa sawah atau rawa, akan mereduksi jumlah serangga tersebut. Tidak adanya hama wereng dan hama jagung yang menjadi pakan tomcat membuat serangga ini mencari tempat lain untuk hidup.

Tomcat pun hanya muncul pada musim peralihan dari kemarau ke penghujan. Menurut Yunus, hal itu karena kondisi yang hangat sehingga siklus hidup tomcat lebih cepat. Tidak heran jika kemudian tomcat yang menyerbu rumah warga berukuran lebih besar dan terlihat lebih gemuk. "Banyak yang dewasa, karena siklus hidupnya cepat, 90-100 hari," katanya. (Baca: Sembilan Warga Rorotan Terserang Tomcat)

Meski begitu, warga tak perlu khawatir. Tomcat merupakan serangga yang menyukai sinar, baik matahari ataupun lampu. Mereka yang tinggal di rumah susun, bisa mengantisipasinya dengan memasang kasa dan tidak menyalakan lampu secara terang.

AGITA SUKMA LISTYANTI

Berita Lainnya:
Teror di Australia, Korban Sempat SMS Ibunya
Mahfud Md.: Penyuap Akil Orang Bodoh
Polisi Australia Janji Bebaskan Sandera Malam Ini
Survei Cyrus: Saatnya Mega dan Ical Lengser

Berita terkait

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

1 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

4 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

10 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

10 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

20 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

37 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

38 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

56 hari lalu

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.

Baca Selengkapnya

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

31 Januari 2024

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

Masih ada sejumlah penyakit tropis terabaikan yang belum hilang dari Indonesia sampai saat ini. Perkembangan medis domestik diragukan.

Baca Selengkapnya