Walikota Surabaya, Tri Rismaharini memeluk seorang anak berkebutuhan khusus, Umay, yang menangis saat pembukaan pameran Lukisan BELIEVE 2-Enlightenment di gedung Perpustakaan BI, Surabaya, 17 Agustus 2014. Pameran lukisan tersebut hasil karya anak berkebutuhan khusus dan anak jalanan. TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO,Surabaya - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memanggil Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam kunjungannya ke Surabaya, Rabu malam, 19 November 2014. Risma memanfaatkan pertemuan itu dengan membicarakan masalah garam dan nelayan.
Lewat Susi, Risma meminta Kementerian Kelautan dan Perikanan memberikan pelatihan kepada para nelayan Surabaya agar bisa menggunakan kapal modern. "Sehingga nelayan kita bisa bersaing dengan nelayan dari negara lain," ujar Risma kepada wartawan di kantornya, Kamis, 20 November 2014. (Baca juga: Menteri Susi dan Risma Ngobrol sampai Pukul 00.30)
Kementerian, kata Risma, sudah memetakan zona aman untuk mencari ikan bagi nelayan. Dengan demikian, nelayan bisa mengetahui zona yang bisa dimanfaatkan dan yang tidak. (Baca juga: Menteri Susi Ternyata Nge-fan dengan Risma)
Ihwal garam, Risma menyampaikan keluhan para petambak tentang pemasaran. Para petambak mengeluh karena garam lokal ditolak di pasaran. Setelah Risma mengecek ke perusahaan garam, ternyata pasar hanya bersedia menerima garam lokal asal mengikuti Standar Nasional Indonesia.
Risma menyampaikan hal itu kepada Susi karena mengira Kementerian Kelautan dan Perikanan berhak menerbitkan SNI untuk garam lokal. Tapi ternyata Kementerian Perdagangan yang memiliki wewenang. "Jadi saya disuruh kirim surat ke Pak Rachmat Gobel (Menteri Perdagangan)."
Menurut Risma, sektor industri memastikan mau menerima garam lokal. Lagi pula, garam lokal ternyata mengandung natrium klorida yang tinggi. "Tinggal ngasih yodium aja," ujarnya.