Petugas mengangkat jenazah Seneng Mujiasih alias Jesse Lorena, ketika tiba di terminal Kargo, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, 11 November 2014. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
TEMPO.CO, Raha - Kepergian warga Indonesia yang tewas dibunuh di Hong Kong, Seneng Mujiasih, memberi kesan yang mendalam bagi keluarga dan para tetangganya di Desa Sido Makmur, Tiworo Kepulauan, Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara. Seneng dikenal dermawan di kampungnya.
"Dia (Seneng) suka bersedekah. Asal sudah ada kiriman dari Seneng, orang tuanya membuat pengajian terus menyumbang untuk kegiatan majelis taklim," cerita Siti Hindun, bibi Seneng, Rabu malam. (Baca juga: Jasad Seneng Mujiasih Dimakamkan)
Seneng Mujiasih alias Jessie Lorena adalah korban pembunuhan Rurik Jutting, warga Inggris yang menetap di Hong Kong. Seneng ditemukan tak bernyawa bersama Sumarti Ningsih, WNI asal Cilacap, Jawa Tengah, pekan lalu. Pada Rabu lalu, Seneng dimakamkan di kampungnya. (Baca juga: Reka Ulang Pembunuh WNI di Hong Kong 3 Bulan Lagi)
Kepergiannya ke Hong Kong delapan tahun lalu tidak membuat Seneng lupa pada kampung halamannya. Ketika mengirim uang kepada orang tuanya, tak lupa Seneng meminta agar sebagian uang kirimannya disedekahkan untuk pembangunan rumah ibadah dan kegiatan keagamaan.
Sebagai anak yang terlahir dari keluarga yang pas-pasan--orang tuanya bekerja sebagai buruh kebun dan terkadang menjadi tukang urut, Seneng berpikir untuk mencari pekerjaan guna membantu ekonomi keluarganya.
Kakak Seneng, Siswantoro, mengatakan, sejak bekerja di Hong Kong delapan tahun silam, Seneng kerap mengirimi orang tua mereka uang melalui rekening tetangga atas nama Muslih. Namun sekarang orang tuanya sudah punya rekening sendiri.