TEMPO.CO , Malang: Jumlah penderita HIV/AIDS di Kota Malang meningkat setiap bulan antara 17-20 orang. Jumlah penderita penyakit yang menggerogoti kekebalan tubuh tersebut terdeteksi melalui pemeriksaan di Puskesmas dan Rumah Sakit.
"(Penderita) didominasi usia produktif antara 20-45 tahun," kata Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Malang, Nusindrati, Rabu, 12 November 2014. (Baca juga: Gay Terinfeksi HIVAIDS Meningkat di Malang)
Menurut Nusindrati, mereka tertular melalui penggunaan narkoba suntik secara bergantian, berhubungan seksual, dan penggunaan jarum tato yang tak steril. Total sejak ditemukan kasus HIV/AIDS di Malang 1997, terakumulasi sebanyak 2.981 orang terinveksi HIV/AIDS.
Jika sebelumnya penularan paling banyak terjadi pada penyalahgunaan jarum suntik dan hubungan seksual secara tak aman. Sekarang terjadi perubahan. Ibu rumah tangga pun tertular melalui suaminya yang menjadi pelanggan pekerja seks komersial (PSK). "Dia menularkan ke istri dan anak," katanya.
Dalam menangani orang dengan HIV/AIDS (ODHA), pemerintah menyediakan obat antiretroviral (ARV) untuk memperkuat daya tahan tubuh. Agar virus tak menurunkan kekebalan tubuh. Program pengobatan ARV, katanya, dilakukan sedini mungkin terutama terhadap populasi kunci, yakni pelanggan PSK, pekerja seks, gay, waria dan ibu hamil.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, Tri Asih Rachmi, mengatakan ratusan relawan dan petugas kesehatan diturunkan ke lapangan. Mereka aktif berinisiatif mengajak orang yang berpotensi tinggi tertular HIV/AIDS, seperti pekerja seks komersial dan pecandu narkoba suntik. "Mereka aktif berkampanye di kelompoknya," katanya.
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
2 Desember 2022
Aliansi Untuk Mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia Resmi Dibentuk!
Di Indonesia, hanya 25% dari anak-anak yang hidup dengan HIV menjalani pengobatan ARV yang menyelamatkan jiwa. UNAIDS Indonesia, Jaringan Indonesia Positif, Ikatan Perempuan Positif Indonesia, Lentera Anak Pelangi, dan Yayasan Pelita Ilmu menginisiasi aliansi baru untuk memperbaiki salah satu masalah yang paling mencolok dalam respon penanggulangan AIDS.