TEMPO.CO, Pamekasan - Dua jurnalis televisi di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, menderita luka ringan saat meliput bentrok antara mahasiswa dan aparat kepolisian di Pendapa Ronggo Sukowati, Pamekasan, Kamis, 6 November 2014. Ahmat Baihaqi, jurnalis Kompas TV, menderita luka dilengan kirinyaa akibat ditarik-tarik pendemo. Sedangkan Fathur Rosi dari Indosiar luka pada pelipis matanya akibat dipukul pendemo.
"Waktu saya mau ambil gambar, tangan saya ditarik oleh mahasiswa dengan cengkeraman kuat sampai luka," ujar Baihaqi. (Baca berita lainnya: Bupati Pamekasan Ancam Gugat Madura United)
Hamid Jibril, koordinaator mahasiswa, menuturkan kericuhan tersebut di luar kendalinya. Kericuhan, kata dia, dipicu kekecewaan mahasiswa karena tidak ditemui Bupati Pamekasan saat berunjuk rasa. "Persoalan dengan wartawan yang luka akan kami selesaikan secara damai. Tapi saya yakin bukan mahasiswa yang melukai wartawan," ujarnya.
Pada Kamis siang, puluhan mahasiswa yang menamakan diri SAMAR berunjuk rasa di kantor Bupati Pamekasan. Mereka kecewa karena Bupati Achmat Syafi'ie dinilai gagal memimpin Pamekasan. Entah apa sebabnya, tiba-tiba mahasiswa sudah terlibat aksi saling dorong dengan aparat kepolisian yang mengamankan jalannya unjuk rasa.
Karena tidak berhasil menembus barisan polisi, mahasiswa merusak sepuluh pot bunga besar yang ada di halaman kantor Bupati Pamekasan. Tak puas, mahasiswa beralih menuju Pendapa.
Di sana, mereka berorasi di atas meja, hingga kaca meja pecah. Aksi anarkistis mahasiswa ini baru bisa mereda setelah Kepala Kepolisian Resor Pamekasan Ajun Komisaris Besar Nanang Chadarusman menemui pengunjuk rasa. (Baca juga: Atasan Arogan, Polisi Pamekasan Unjuk Rasa)