Kata KPK Soal Pembebasan Hartati Murdaya

Reporter

Editor

Budi Riza

Senin, 1 September 2014 11:17 WIB

Terdakwa kasus suap pengurusan sertifikat Hak Guna Usaha dan Izin Usaha Perkebunan lahan kelapa sawit di Kabupaten Buol, Siti Hartati Murdaya usai menjalani sidang pembacaan vonis atau putusan oleh Majelis Hakim di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Jakarta, Senin (4/2). TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi angkat bicara soal pembebasan bersyarat terpidana kasus suap pembebasan lahan di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah, Siti Hartati Murdaya. Juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi, Johan Budi S.P., mengatakan KPK tidak pernah mengeluarkan surat rekomendasi untuk pembebasan bersyarat Hartati kepada pemerintah.

"KPK tidak memberikan rekomendasi pembebasan bersyarat kepada Kemenkumham," kata dia saat dihubungi Senin, 1 September 2014. Johan mengatakan KPK merupakan lembaga penegak hukum yang menyeret Hartati hingga ke persidangan sehingga dijatuhi pidana penjara oleh majelis hakim Pengadilan Tipikor. (Baca: Menteri Hukum: Hitungan Pembebasan Hartati Tepat)

Oleh karena itu, Johan mengatakan instansinya tidak menyetujui langkah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia memberikan "hadiah" pembebasan bersyarat kepada Hartati. "Kami tidak menyetujui pemberian pembebasan bersyarat tersebut. Namun, itu sepenuhnya merupakan kewenangan Kementerian Hukum dan HAM," kata dia.

Sebelumnya, pemerintah melalui Kemenkumham memberikan pembebasan bersyarat kepada terpidana kasus suap pembebasan lahan Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah, Siti Hartati Murdaya pada 29 Agustus lalu. (Baca: ICW: Pembebasan Hartati Murdaya Cacat Hukum)

Lembaga pegiat antikorupsi Indonesia Corruption Watch mempertanyakan prosedur pembebasan bersyarat Hartati yang menurut mereka harus mendapatkan surat rekomendasi dari lembaga hukum terkait, yaitu KPK.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang pemberian pembebasan bersyarat kepada terpidana, hal itu harus melalui sejumlah kondisi. (Baca: Pembebasan Hartati Murdaya Diklaim Sesuai Prosedur)

"Menjadi justice collaborator, mendapat surat rekomendasi lembaga hukum terkait, dan sudah menjalani 2/3 masa tahanan," kata Koordinator Divisi Monitoring Hukum dan Peradilan Indonesia Corruption Watch, Emerson Yuntho, Ahad, 31 Agustus 2014.

Siti Hartati Murdaya divonis 2 tahun 8 bulan hukuman penjara pada Februari 2013 setelah terbukti melakukan suap lahan perkebunan. Hartati memberikan uang sebesar Rp 3 miliar kepada Bupati Buol, Amran Abdullah Batalipu, untuk pengurusan Hak Guna Usaha (HGU) lahan perkebunan sawit di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah. Mantan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat itu dibebaskan bersyarat pada Jumat, 29 Agustus 2014.

NURIMAN JAYABUANA

Berita Lain:
Jenis Parfum Kesukaan Dian Sastro
Goyang Twerking Amber Rose Jadi Sorotan
Wayang Potehi Juarai Festival Film Dieng

Berita terkait

Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewan Pengawas KPK Albertina Ho, Ini Tugas Dewas KPK

7 jam lalu

Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewan Pengawas KPK Albertina Ho, Ini Tugas Dewas KPK

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron melaporkan anggota Dewas KPK Albertina Ho. Berikut tugas dan fungsi Dewas KPK

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 jam lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

KPK Tak Kunjung Terbitkan Sprindik Baru Eddy Hiariej, Terhambat di Direktur Penyelidikan KPK atas Perintah Polri

8 jam lalu

KPK Tak Kunjung Terbitkan Sprindik Baru Eddy Hiariej, Terhambat di Direktur Penyelidikan KPK atas Perintah Polri

Sprindik Eddy Hiariej belum terbit karena Direktur Penyelidikan KPK Brijen Endar Priantoro tak kunjung meneken lantaran ada perintah dari Polri.

Baca Selengkapnya

Soal Sidang Etik Digelar pada 2 Mei, Nurul Ghufron Tuding Dewas KPK Tak Menghormati Hukum

9 jam lalu

Soal Sidang Etik Digelar pada 2 Mei, Nurul Ghufron Tuding Dewas KPK Tak Menghormati Hukum

Wakil Ketua KPK, Nurul Ghufron, mengatakan telah melaporkan dugaan pelanggaran etik anggota Dewas KPK Albertina Ho sejak bulan lalu.

Baca Selengkapnya

Laporkan Dewas KPK Albertina Ho, Nurul Ghufron Klaim Informasi Transaksi Keuangan Merupakan Data Pribadi

11 jam lalu

Laporkan Dewas KPK Albertina Ho, Nurul Ghufron Klaim Informasi Transaksi Keuangan Merupakan Data Pribadi

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron mengklaim informasi transaksi keuangan merupakan data pribadi yang bersifat rahasia.

Baca Selengkapnya

Konflik Nurul Ghufron dengan Anggota Dewas Albertina Ho, KPK: Tidak Ada Berantem

18 jam lalu

Konflik Nurul Ghufron dengan Anggota Dewas Albertina Ho, KPK: Tidak Ada Berantem

Juru bicara KPK Ali Fikri mengatakan laporan Nurul Ghufron tersebut murni pribadi.

Baca Selengkapnya

Pengamat dan Aktivis Antikorupsi Bicara Soal Seteru di Internal KPK, Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho

20 jam lalu

Pengamat dan Aktivis Antikorupsi Bicara Soal Seteru di Internal KPK, Nurul Ghufron Laporkan Albertina Ho

Aktivis dan pengamat antikorupsi turut menanggapi fenomena seteru di internal KPK, Nurul Ghufron laporkan Albertina Ho. Apa kata mereka?

Baca Selengkapnya

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

21 jam lalu

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri, mengatakan laporan yang disampaikan bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta, Eko Darmanto, masih ditindaklanjuti.

Baca Selengkapnya

Albertina Ho Tanggapi Pernyataan Nurul Ghufron soal Surat Edaran Dianggap Tak Berstatus Hukum

21 jam lalu

Albertina Ho Tanggapi Pernyataan Nurul Ghufron soal Surat Edaran Dianggap Tak Berstatus Hukum

"Ah biar sajalah. Kan Ketua PPATK sudah bilang, ada aturannya kan," kata Albertina Ho.

Baca Selengkapnya

Dewas KPK Mulai Sidang Etik Nurul Ghufron 2 Mei Mendatang karena Alat Bukti Sudah Cukup

21 jam lalu

Dewas KPK Mulai Sidang Etik Nurul Ghufron 2 Mei Mendatang karena Alat Bukti Sudah Cukup

Dewas KPK akan memulai sidang dugaan pelanggaran etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron soal penyalahgunaan wewenang dalam kasus korupsi di Kementan.

Baca Selengkapnya