Sejumlah titik api masih terlihat di dekat Dusun Cetho, Desa Gumeng, Jenawi, Karanganyar, Jateng, Selasa (25/9) dini hari. ANTARA/Andika Betha
TEMPO.CO, Magetan - Kebakaran hutan di sekitar Pos 4 dan Pos 5 Gunung Lawu diduga akibat kelalaian salah satu kelompok pendaki yang tidak mematikan bara api unggun. "Informasi dari pendaki seperti itu. Akhirnya, bara semakin membesar ketika ada angin," kata Komandan Regu Polisi Hutan Kantor Pemangkuan Hutan Lawu dan sekitarnya, Abdul Naim, Senin, 18 Agustus 2014. (Baca: Ratusan Hektare Hutan Dibakar Pas Lebaran)
Namun, dia sulit memastikan kelompok pendaki mana yang menjadi biang keladi kebakaran. Sebab, sebelum kebakaran terjadi pada Sabtu, 16 Agustus 2014, Gunung Lawu diserbu ratusan pendaki dari Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jakarta. "Namanya orang banyak, sulit mengetahui pendaki yang meninggalkan api unggun," ujar Abdul.
Pencari kelompok pendaki yang meninggalkan api unggun, kata dia, buka prioritas utama saat ini. Petugas gabungan dari Perum Perhutani, TNI AD, kepolisian, Lembaga Masyarakat Desa Hutan, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Magetan lebih fokus untuk mengantisipasi kebakaran susulan.
Hingga siang ini upaya pengantisipasian itu masih dilakukan di jalur pendakian untuk memastikan bara api yang sebelumnya membakar alang-alang di hutan yang luasnya hampir tiga hektare itu benar-benar padam.
Di saat petugas melakukan pemantauan, sejumlah pendaki yang telah turun dari Gunung Lawu masih bertahan di pintu masuk Cemoro Sewu. Mereka mendirikan tenda dan duduk-duduk di sekitarnya. "Kami mau menghabiskan bahan makanan yang kami bawa, baru pulang," Robby Sarwanto, salah satu pendaki asal Jakarta Timur.
Robby merupakan salah satu pendaki yang memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-69 di puncak Lawu. Di saat dia dan kedua temannya mencapai pos pendakian 2, petugas keamanan gunung meminta para pendaki untuk turun karena di sekitar Pos 4 dan 5 terjadi kebakaran.