Printer Rusak, Sidang Penganiayaan Karyawan Rumah Sakit Pondok Indah Ditunda
Reporter
Editor
Rabu, 30 Juli 2003 09:58 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Sidang perkara penganiayaan Kepala Bagian Fisioterapi Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, Nugroho Marwantoa, yang melibatkan Ketua Serikat Pekerja Farmasi rumah sakit tersebut, Edy Waluyo, Senin (24/2) hari ini ditunda. Pasalnya, printer yang akan dipakai Jaksa Penuntut Umum Hari Wahyudi mencetak berkas tuntutan, ternyata rusak. Menurut rencana, sidang akan dilanjutkan Senin (3/3) mendatang. Dalam keterangannya kepada Tempo News Room seusai sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (24/2), Hari Wahyudi mengakui, kerusakan printer itu baru diketahuinya, Minggu (23/2) kemarin. Sidang itu sendiri sempat ricuh ketika seorang pengunjung mengingatkan Hakim Ketua I.D.G. Puterajaya mengenai hari libur, Senin (3/3) pekan depan. Hakim kemudian menegur pengunjung sehingga pengunjung itu keluar dari ruangan sidang. Menurut Hari, kasus tersebut tidak ada hubungannya dengan posisi tersangka Edy Waluyo sebagai ketua serikat pekerja. Ini tentang kasus penganiayaan. Tidak ada sangkut pautnya dengan masalah perburuhan, kata Hari. Sidang itu sendiri tidak dihadiri Nugroho Marwanto. Kasus ini bermula ketika pada 7 Mei 2002 lalu, Nugroho Marwanto melaporkan Edy atas penganiayaan terhadap dirinya. Nugroho mengaku tiba-tiba dicekik oleh Edy saat mereka berdua turun melalui tangga dari ruangan dr. Irna S. Hardiawan, Manajer Rumah Sakit Pondok Indah. Edy dipanggil dr. Irna untuk dimintai keterangan soal kinerjanya yang dianggap menurun. Menurut pengakuan Edy, dalam pertemuan tersebut, dirinya dilarang beraktivitas di serikat kerja. Namun, belum diperoleh keterangan apa alasan Edy mencekik Nugroho. (Yophiandi Kurniawan-Tempo News Room)
Berita terkait
Real Madrid vs Bayern Munchen, Thomas Tuchel Akui Butuh Keberuntungan dan Tampil Presisi
7 menit lalu
Real Madrid vs Bayern Munchen, Thomas Tuchel Akui Butuh Keberuntungan dan Tampil Presisi
Bagi Thomas Tuchel, bermain melawan Real Madrid di semifinal Liga Champions adalah impian banyak pemain Bayern Munchen saat tumbuh dewasa.