TEMPO.CO, Kupang - Herman Jumat Massan, mantan pastor yang divonis mati Mahkamah Agung (MA) terkait kasus pembunuhan terhadap mantan suster Mery Grace beserta dua anaknya, akan mengajukan peninjauan kembali putusan kasasi MA.
"Keputusan majelis hakim hanya menggunakan petunjuk, bukan keterangan saksi yang mengetahui peristiwa tersebut," kata kuasa hukum terpidana mati Herman dari Padma Indonesia, Stefanus Roy Rening, Selasa, 13 Mei 2014.
Menurut dia, ada dua pertimbangan pengajuan PK ini, yakni kekeliruan majelis hakim dalam membuat keputusan dan adanya novum (bukti baru). Kekeliruan majelis hakim tersebut dapat dilihat dari keputusan yang hanya lebih didasarkan pada tekanan publik. "Ini sudah terlihat dari dakwaan yang dibuat jaksa penuntut umum (JPU)," katanya.
Jaksa, katanya, dalam dakwaan tidak menguraikan secara jelas tentang pembunuhan berencana sebagaimana tertuang dalam Pasal 340 KUHP, membiarkan orang sekarat sebagaimana tertuang dalam Pasal 304 KUHP. (Baca:Pastor Pembunuh Suster dan Anaknya Divonis Mati)
Sedangkan tindakan Herman Jumat sebagaimana tertuang dalam Pasal 181 KUHP tentang kematian biasa karena ada komitmen bersama antara terpidana dengan korban. Apalagi, saksi yang dihadirkan tidak mengetahui secara langsung seperti apa kejadian pada waktu itu.
Lebih lanjut, Roy Rening mengatakan untuk novum (bukti baru), Padma Indonesia menyiapkan dalam bentuk barang dan saksi ahli. Apalagi visum et repertum tidak menjelaskan sebab-sebab kematian Merry Grace seperti ada tanda-tanda kekerasan. "Seharusnya, jika majelis hakim ragu dalam membuat keputusan maka hukumannya ringan, bukan maksimal," katanya.
Pihaknya juga akan mengajukan gugatan ke MA terkait penerapan Pasal 340 KUHP tentang Pidana Mati. "Kami ingin menghapus penerapan hukuman mati di Indonesia," katanya. (Baca:Polisi Ungkap Pembunuhan Keji oleh Seorang Pastor)
Sampai saat ini, ujar Roy Rening, ia belum menerima salinan putusan kasasi terhadap kliennya. "PK akan segera diajukan setelah kami menerima putusan MA," katanya.
Dia mengaku telah mendiskusikan rencana PK ini dengan Herman Jumat Massan yang masih ditahan di rumah tahanan (Rutan) Maumere. "Kami sudah diskusikan masalah ini dengan Herman Jumat," ujarnya. YOHANES SEO