Indonesia Protes Pemerintah Republik Cek

Reporter

Editor

Agung Sedayu

Senin, 28 April 2014 20:12 WIB

Menlu Marty Natalegawa (kanan), Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar (kiri) dan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, sebelum ikut rapat Paripurna, di Gedung MPR/DPR, 26-6, 2012. Untuk pengambilan keputusan RUU Pengesahan Perjanjian antara Pemerintah RI dan Pemerintah Ceko atas kerja sama di bidang pertahanan, Memorandum saling pengertian antara Departemen Pertahanan dan Kemananan RI dan Kementerian Pertahanan Republik Italia tentang Kerja Sama dalam peralatan logistik dan industri pertahanan serta RUU Protokol Opsional Konvensi Hak-hak Anak Mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan Pornografi Anak. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Praha - Kedutaan Besar Republik Indonesia menyampaikan nota protes kepada Kementerian Luar Negeri Republik Cek mengenai perlakuan tidak sepatutnya terhadap para diplomat dan staf kedutaan dalam peristiwa razia di sebuah masjid di Praha, Jumat pekan lalu. Nota protes itu disampaikan Duta Besar Indonesia untuk Republik Cek, Emeria Wilujeng Amir Siregar, Senin, 28 April 2014 sekitar pukul 13.30 waktu setempat. "Hari ini kami menyerahkan nota protes dan diterima Kemlu Ceko pukul 13.30," kata Wahono Yulinto, Sekretaris I Bidang Sosial dan Budaya KBRI Praha, Senin, 28 April 2014.

Indonesia menyesalkan perlakuan aparat keamanan Republik Cek dalam razia di Masjid Centrum Praha. Sebanyak 10 warga Indonesia sempat ditahan saat polisi khusus Republik Cek merangsek masuk masjid sekitar pukul 13.10. Sembilan di antaranya adalah anggota staf KBRI dan diplomat bersama satu mahasiswa. "Waktu itu azan sedang berkumandang ketika tiba-tiba ada polisi berpakaian seperti Densus 88 kita masuk ke dalam masjid, menyuruh kita semua tiarap," kata Wahono

Polisi melepaskan anak-anak kecil yang ada di dalam masjid bersama orang tua mereka. Jumlahnya sekitar 10 orang, lalu lansia dan orang-orang yang sakit. Baru kemudian mereka berteriak apakah ada diplomat di situ. Menurut Wahono, enam diplomat dan anggota staf KBRI yang berada di ruangannya baru boleh meninggalkan masjid 40 menit kemudian. Namun, empat anggota staf KBRI lainnya yang diawasi polisi berbeda masih ditahan hingga 3,5 jam kemudian. Padahal, Wahono sudah menegaskan mereka adalah bagian dari KBRI. "Kami mengajukan protes mengenai insiden hari Jumat, terutama terkait perlindungan terhadap korps diplomatik berdasarkan Kovensi Wina 1961 tentang Perlindungan Diplomatik," kata Wahono.

Pihaknya sudah menelepon ke semua pihak terkait, seperti bagian protokol, kepolisian, dan kepolisian perlindungan kedutaan. Namun, dia mendapat jawaban bahwa mereka tidak tahu perihal penggerebekan tersebut. Seorang WNI yang tidak mau disebut namanya kepada Tempo menceritakan, saat kejadian, dia bersama teman-teman sesama WNI dan KBRI baru saja masuk masjid dan menunaikan salat sunah dua rakaat. Setelah duduk beberapa menit, langsung terdengar kumandang azan. Di tengah-tengah azan, mereka dikagetkan oleh gebrakan pintu puluhan polisi Republik Cek dengan senjata lengkap.

Para polisi itu masuk ke masjid tanpa mencopot sepatu dan berteriak-teriak menyuruh semua orang bertiarap. "Kami tidak bisa bergerak, tidak boleh telepon," kata Alberto, (bukan nama sebenarnya). Alberto mengaku sangat takut dan jantungnya berdegup kencang. Mereka disekap mulai pukul 13.10 sampai pukul 16.15 waktu setempat. "Saya berdoa terus untuk keselamatan saya dan seluruh jemaah di masjid," ujar dia.

Saat kejadian, di masjid itu ada sekitar 100 orang. Warga keturunan Arab marah lantaran ibadahnya terganggu. Mereka memang batal menjalankan ibadah salat Jumat. Namun, ketika orang-orang tersebut berteriak, polisi malah semakin garang. Beberapa anggota jemaah sempat ingin lompat dari jendela karena takut. "Untung bisa kami cegah. Kalau tidak, bisa saja akan terjadi penembakan," ucap Alberto.

Menurut situs berita Praque Post, alasan Unit Deteksi Kejahatan Terorganisasi (UOOZ) merazia Masjid Centrum Praha, yang terletak di pinggir timur ibu kota Republik Cek tersebut, berkaitan dengan penerbitan buku yang menyebarkan propaganda anti-Semit atau Yahudi, xenophobia, dan kekerasan terhadap kalangan inferior. Buku The Bases of Tauhid: The Islamic Concept of God atau Dasar-dasar Tauhid: Tuhan dalam Konsep Islam. Buku itu diprotes oleh mantan penganut muslim bernama Lukas Lhokan.

Juru bicara UUOZ, Pavel Hantak, mengatakan buku itu berisi pandangan Islam yang ekstrem dan diterbitkan oleh Pusat Komunitas Muslim di Republik Cek bersama Islamic Foundation.

PRAQUE POST | NATALIA SANTI




Baca juga:
Dari Mana Tersangka Kasus JIS Dapat Cairan Pembunuh?
Sebelum Tewas, Azwar: Saya Melakukannya Satu Kali
Cara Bunuh Diri Tersangka JIS Tak Umum di LP
Tersangka Pelecehan di JIS Korban Sodomi Buron FBI
Polisi: Tersangka JIS Lainnya Kesal pada Azwar

Berita terkait

Kementerian Luar Negeri Benarkan Ada WNI Terlibat Pembunuhan di Korea Selatan

1 hari lalu

Kementerian Luar Negeri Benarkan Ada WNI Terlibat Pembunuhan di Korea Selatan

Kementerian Luar Negeri RI membenarkan telah terjadi perkelahian sesama kelompok WNI di Korea Selatan persisnya pada 28 April 2024

Baca Selengkapnya

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

3 hari lalu

Otoritas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Tak Percaya Israel Gunakan Senjata dengan Benar

Biro-biro di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat tidak percaya Israel gunakan senjata dari Washington tanpa melanggar hukum internasional

Baca Selengkapnya

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

3 hari lalu

Rusia Akan Balas Jika Aset-asetnya Disita Amerika Serikat

Kementerian Luar Negeri Rusia mengancam negara-negara Barat akan mendapat balasan tegas jika aset-aset Rusia yang dibekukan, disita

Baca Selengkapnya

WNI Selamat dalam Gempa Taiwan

4 hari lalu

WNI Selamat dalam Gempa Taiwan

Taiwan kembali diguncang gempa bumi sampai dua kali pada Sabtu, 26 April 2024. Tidak ada WNI yang menjadi korban dalam musibah ini

Baca Selengkapnya

IOM Dapat Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

5 hari lalu

IOM Dapat Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

IOM merupakan organisasi internasional pertama yang menerima Penghargaan Hasan Wirajuda Pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

23 Individu Dapat Penghargaan Hassan Wirajuda Pelindungan WNI Award

5 hari lalu

23 Individu Dapat Penghargaan Hassan Wirajuda Pelindungan WNI Award

Sebanyak 23 individu mendapat Hassan Wirajuda Pelindungan WNI Award karena telah berjasa dalam upaya pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Gunakan Hak Veto Gagalkan Keanggotaan Penuh Palestina di PBB, Begini Sikap Indonesia

11 hari lalu

Amerika Serikat Gunakan Hak Veto Gagalkan Keanggotaan Penuh Palestina di PBB, Begini Sikap Indonesia

Mengapa Amerika Serikat tolak keanggotaan penuh Palestina di PBB dengan hak veto yang dimilikinya? Bagaimana sikap Indonesia?

Baca Selengkapnya

Kemlu Respons Veto AS Soal Resolusi Negara Palestina di PBB

12 hari lalu

Kemlu Respons Veto AS Soal Resolusi Negara Palestina di PBB

Kementerian Luar Negeri RI menyoroti gagalnya PBB mensahkan keanggotaan penuh Palestina.

Baca Selengkapnya

Menteri Luar Negeri Rusia dan Iran Disebut Saling Kontak Sehari sebelum Serangan Ke Israel

15 hari lalu

Menteri Luar Negeri Rusia dan Iran Disebut Saling Kontak Sehari sebelum Serangan Ke Israel

Sergey Lavrov terhubung dalam percakapan telepon dengan Iran Hossein Amirabdollahian sebelum serangan membahas situasi di Timur Tengah

Baca Selengkapnya

Reaksi Pemimpin Dunia Terbelah soal Serangan Iran Ke Israel

15 hari lalu

Reaksi Pemimpin Dunia Terbelah soal Serangan Iran Ke Israel

Serangan Iran ke Israel menuai respon berbeda para pemimpin dunia.

Baca Selengkapnya