Sampah di sekitar sungai Kota Semarang. TEMPO/Budi Purwanto
TEMPO.CO , Semarang: Pemerintah Kota Semarang mengakui sebanyak 36 persen penduduknya tak merasakan layanan sanitasi secara baik. Keberadaan masyarakat tersebar hampir di semua kecamatan yang wilayahnya berada di perkotaan.
"Kami baru melayani program sanitasi yang baik sebanyak 64 persen, sisanya 36 persen belum terlayani," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Semarang Bambang Haryono, saat diskusi bertema sanitasi dan layanan air bersih di yang difasilitasi oleh Indonesian Urban Water Sanitation And Hygiene (IUWASH), Jum at 25 April 2014.
Menurut dia, target layanan sanitasi saat ini 76, 7 persen, namun baru terealisir 64 persen. Pemerintah daerah berupaya memberikan layanan program pembangunan unit sanitasi yang dilakukan secara bertahap. Pihaknya terus tingkatkan pembangunan setiap tahun untuk mengurangi dampak penyakit akibat buruknya sistem sanitasi.
Tercatat sejak 2012, Pemerintah Kota Semarang membangun 21 titik saluran sanitasi, jumlah itu terus ditingkatkan hingga 2013 ditambah lagi pembangunan 36 unit serta lebih banyak lagi tahun 2014. Keberadaan sanitasi itu dinilai penting karena catatan pemerintah pusat menunjukan efek minimnya fasilitas sanitasi di perkotaan sebagai salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi yang mencapai 100 ribu per tahun.
Minimnya sanitasi itu menimbulkan kawasan semakin kumuh, serta terjadi polusi bakteri e coli terhadap air dalam tanah. "Dampaknya mudah menimbulkan diare bagi bayi dan balita," kata Bambang.
Minimnya fasilitas sanitasi perkotaan di Kota Semarang semakin mengkhawatirkan, karena masih ditambah persoalan minimnya layanan air bersih. Direktur Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Moedal Kota Semarang, Etty Hermiwati menyatakan saat ini perusahaan yang ia pimpin baru melayani 58,80 persen warga Semarang.
"Masih relatif rendah 58,80 dari 1,6 juta penduduk Semarang," kata Etty Hermiwati. Dari jumlah pelanggan itu 68 persen di anataranya merupakan pelanggan menengah ke bawah atau sekitar 99 ribu pelanggan yang mendapat subsidi.
Etty menjelaskan, minimnya fasilitas air bersih menimbulkan efek yang sama dari minimnya fasilitas sanitasi. Hal ini bisa mengganggu tingkat kebersihan air dalam tanah. Ia mentargetkan PDAM mampu melayani masyarakat hingga 7.500 sambungan baru, sebanyak 4.670 di antaranya untuk masyarakat berpengahsilan rendah (MBR).
Dr. Pandu Riono: Rumah Sehat Mengubah Cara Berpikir Masyarakat
9 Agustus 2022
Dr. Pandu Riono: Rumah Sehat Mengubah Cara Berpikir Masyarakat
Penjenamaan rumah sehat akan memfungsikan ilmu kedokteran tentang pencegahan penyakit. Layanan digital terintegrasi SATU SEHAT menjadi langkah mengoptimalkan pelayanan kesehatan.