TEMPO Interaktif, Jakarta: Abu Bakar Ba'asyir membantah seluruh dakwaan yang diajukan jaksa penuntut umum dalam persidangan yang diselenggarakan di aula Departemen Pertanian, Selasa (1/2). "Surat dakwaan tidak ada yang benar," ujar Ba'asyir.Ba'asyir membantah dirinya merupakan Amir Jamaah Islamiah, organisasi yang dituding melakukan tindakan terorisme di wilayah Asia Tenggara. Ia sendiri mengaku baru mendengar nama organisasi tersebut dalam pemeriksaan polisi. "Saya bukan Amir Jamaah Islamiah. Kalau sebagai Amir Majelis Mujahidin Indonesia itu benar," katanya.Selain itu Ba'asyir mengatakan dirinya baru mengetahui buku Pedoman Umum Perjuangan Jamaah Islamiah (PUPJI) saat persidangan di PN Jakarta Pusat. Ba'asyir juga mengakui tidak pernah hadir dalam pertemuan-pertemuan JI. "Yang pernah saya hadiri adalah kongres MMI sebagai pemakalah pada Agustus 2000," katanya.Dalam sidang tersebut Ba'asyir juga membantah dirinya pernah pergi ke Afganistan maupun ke Camp Hudaibiyah di Filipina. Ia mengakui pernah pergi ke Pakistan untuk mengantarkan anaknya, Abdurrahman, mencari sekolah di sana. Namun tidak pernah sekalipun, bertemu dengan mantan murid pesantren Al Mukmin Ngruki yang mengikuti pelatihan militer Afganistan.Ba'asyir yang pernah tinggal di Malaysia pada kurun waktu 1985-1999 mengakui mengenal beberapa terpidana kasus bom Bali maupun terdakwa hotel bom JW Marriott, misalnya Muklas yang ia kenal saat ia tengah bermukim di Malaysia. Muklas, kata Ba'asyir, adalah direktur Pondok Pesantren Lumanul Hakim, yang Ba'asyir merupakan wali dari cucunya yang ia sekolah di pondok tersebut. Selain itu, Muklas juga alumni Ngruki yang sempat menjadi pengajar di pondok tersebut.Sementara itu Hambali, terdakwa yang dituduh membiayai peledakan di Hotel J.W Marriott, dikenalnya sebagai tetangga di Malaysia. Terdakwa lain yaitu Faiz Abu Bakar Bafana juga ia kenal di Malaysia. "Saya hanya bertemu Faiz di pengajian-pengajian saja," kata Ba'asyir.Pelaku peledakan bom Bali yang lain, Amrozi, dikenalnya setelah Ba'asyir kembali ke Indonesia. "Pertemuan kami hanya membahas masalah dakwah dan urusan pembelian antena untuk rumah saya. Ia sendiri mengaku tidak pernah mengakui bahwa pelaku bom Marriott Asmar bin Latin pernah menuntut ilmu di Ponpes Ngruki, Solo. Sidang berikutnya akan diselenggarakan pekan depan, 8 Februari 2005. Sita Planasari
Bom Natal 2000: Mengenang Riyanto, Banser yang Berkorban Bagi Umat Kristen Mojokerto
25 Desember 2023
Bom Natal 2000: Mengenang Riyanto, Banser yang Berkorban Bagi Umat Kristen Mojokerto
Perayaan malam Natal di Mojokerto tidak terlepas dari ingatan pengorbanan Riyanto, khususnya bagi Gereja Eben Haezer. 23 tahun yang lalu, Riyanto meregang nyawa akibat teror Bom Natal 2000.