Pengarang buku Tan Malaka, Harry A Poeze melihat tayangan video Tan Malaka saat bedah buku di kampus Fakultas Ilmu Bahasa Univeristas Diponegoro, Semarang, Senin (17/2). Setelah didemo oleh salah satu LSM, Bedah Buku ini ini akhirnya dipindahkan ke FIB Universitas Diponegoro. TEMPO/Budi Purwanto
TEMPO.CO, Padang- Keluarga Tan Malaka percaya dengan hasil penelitian Harry A Poeze yang meyakini makam Tan Malaka di Selopanggung, Kediri, Jawa Timur. Peneliti sejarah asal Belanda ini memastikan yang ditemukannya di makam itu jasad Tan Malaka.
"Puluhan tahun Harry meneliti Tan Malaka. Kami setuju dengan keyakinannya," ujar salah seorang keluarga Tan Malaka, Hengki Datuak Tan Malaka di Padang, Sumatera Barat Sabtu 22 Februari 2014.
Menurut Hengki, jasad lelaki yang ditemukan Harry, sama dengan ciri-ciri Tan Malaka yang bernama Ibrahim itu. "Anatominya 165 cm dan mongoloid. Tangannya terikat ke belakang. Itu Tan Malaka," ujarnya kepada Tempo.
Hengki mengatakan, pihak keluarga menyetujui itu. Dan ini akan di bawa ke Kerapatan adat di kampungnya di Pangdam Gadang Suliki, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Sebab, sebelumnya, Ibrahim Datuak Tan Malaka merupakan Raja Adat Bungo Setangkai. Pengulu pucuk yang membawahi tiga nagari.
Namun, Hengki menyatakan, keluarga ingin Tan Malaka tak dipindahkan dari makamnya yang terletak di Selopanggung itu. "Biarkan berbaur dengan masyarakat di sana. Sebab, bagi kami, dimanapun, Tan Malaka sudah harum namanya" ujarnya.
Bagi keluarga, Tan Malaka bukan pahlawan yang ingin cari popularitas. "Jadi tak usah dipindahkan ke Kalibata. Biarkan di sana," ujarnya.
Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon mengaku, sependapat dengan keluarga. Agar makam Tan Malaka tetap di Selopanggung. "Perbaiki saja makamya. Layaknya pahlawan Nasional. Dan dijadikan cagar budaya," ujarnya.