TEMPO Interaktif, Semarang: Seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) bernama Nugroho, 33 tahun, asal Desa Kupang Tanjung Rari RT 05 RW 11, Ambarawa Jawa Tengah, meninggal di Taiwan pada 5 Januari lalu. Namun hingga hari ini, jenazah almarhum belum dikirim ke Indonesia. Berita kematian Nugroho disampaikan istrinya, Yuni Swi Astuti yang mengadukan nasib suaminya ke Komisi E DPRD Jateng, Selasa (25/1). Kepada para anggota dewan, Yuni yang didampingi ibunya menyatakan ada yang ganjil seputar kematian suaminya.Yuni bercerita, dirinya telah mendapat surat dari agen penyalur tenaga kerja di Taiwanyang yang memberitakan bahwa suaminya meninggal pada 5 Januari 2005 karena bunuh diri terjun dari lantai dua. Namun salah seorang rekan kerja suaminya mengirimkankabar kepada Yuni via pesan pendek yang menyatkan bahwa Nugroho meninggal dikamar majikan di lantai dua rumahnya."Anehnya, sampai saat ini, pihak agen di Taiwan tidak mempunyai itikad untuk mengirimkan jenazah suami saya," kata Yuni. Karena tidakada itikad baik dari agen Taiwan Yuni mengaku yakin kalau suaminya meninggal bukan karena bunuh diri. "Kami mohon, para anggota dewan bisa membantu mengusahakan memulangkan jenazah suami saya," kata Yuni yang saat ini mengaku kebingungan membiayai hidup kedua anaknya. Aisiyah, salah seorang anggota Komisi E berjanji akan mengusahakan pemulangan jenazah Nugroho.Nugroho bekerja di Taiwan sejak Juni 2002 melalui Penyalur Jasa Tenaga Kerja PT Khalid Bharkah yang beralamat di Jalan Kramat Pulo 15, Jakarta. Namun dalam dokumen parpornya, nama Nugroho dirubah menjadi Ruswandi. Dia bekerja sebagai pengrajin patung di perusahaanYenping Taypai milik Lu Manchu.Namun ketika Yuni hendak menanyakan nasib suaminya, ternyata pemilik PT Khalid Bharkah sudah pindah ke Australia dan menjual perusahaanya kepada PT Safir Alam Sejahtera. Sesangkan pihak PT Safir Alam Sejahtera mengaku tidak mau bertanggungjawab dengan nasib pekerja yang diberangkatkan oleh PT Khalid Bharkah. Sohirin