TEMPO.CO, Yogyakarta - Kepala Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) Universitas Gadjah Mada, Djati Mardiatno mengatakan, lembaganya sedang merancang studi perbandingan mengenai karakter kebencanaan Gunung Merapi, Gunung Sinabung, dan Gunung Kelud.
Menurut dia kajian itu berguna untuk mempelajari konsep penanganan bencana gunung api di Indonesia. "Ketiganya aktif, baru saja memunculkan letusan hebat dan karakter aktivitas serta kultur masyarakatnya berbeda," kata Djati kepada media di sekretariat PSBA UGM pada Sabtu, 15 Februari 2014. (Baca: Letusan Gunung Kelud Jadi Perhatian Dunia)
Djati mengatakan, lembaganya sudah memiliki banyak informasi mengenai Gunung Merapi. Tim PSBA UGM juga pernah menyempurnakan data pemetaan ratusan dusun di sekitar Merapi. "Data mengenai pola aktivitas Gunung Sinabung dan Kelud serta potensi bencananya sedang kami kumpulkan," kata dia.(Baca: Di DIY, Dampak Kelud Lebih Dahsyat Dibanding Merapi)
Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Suratman mengatakan, Indonesia juga masih sering melupakan pentingnya mengkaji sejarah kebencanaan gempa tektonik maupun vulkanik. Akibatnya, respon penanganan bencana, yang sering meluas efeknya, kurang cepat. "Misalnya, luasnya jangkauan abu vulkanik Gunung Kelud. Padahal, sejak lama arah persebarannya selalu ke arah barat gunung ini," kata dia.
Peneliti PSBA UGM, Danang Sri Hadmoko mengatakan contoh efek luas letusan gunung api di Indonesia bukan hanya dari Gunung Kelud, Galunggung maupun Krakatau. Jauh di tahun 1257 letusan dahsyat Gunung Rinjani, atau saat itu bernama Gunung Samalas, menebar abu vulkanik hingga ke kutub selatan dan utara. "Kesimpulan itu muncul di pertemuan pakar gunung api antar negara setahun lalu," kata dia.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Terpopuler:
BNPB Bantah Gunung Kelud Akan Meletus 2 Jam Lagi
Jangan Langsung Siram Abu Vulkanik
SBY Angkat Mbah Rono Jadi Kepala Badan Geologi
Alasan Kelud Dijuluki 'Deadliest Volcano'
Korban Ustad Hariri Akhirnya Buka Suara