Kilat yang ada di atas Gunung Kelud saat meletus pada Hari Kamis, 13 Februari 2014.Istimewa
TEMPO.CO, Kediri - Sebagian warga Kediri tak khawatir ancaman letusan Gunung Kelud yang menyemburkan abu vulkanik. Mereka memilih tetap bertahan di rumahnya, yang sudah diselimuti pasir. Alasannya berdiam diri di rumah masih aman.
"Tadi saya telat mengungsi ketika Kelud meletus. Di luar rumah hujan abu dan kerikil," ujar Afan, 30 tahun, Jumat, 14 Februari 2014. Warga Desa Babakan, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri itu berlindung di rumahnya bersama kerabatnya. "Di sini (rumahnya) ada sekitar 10 orang yang berlindung. Ada keluarga dan tetangga juga. Nanti kami mau ngungsi ke Kediri," ucapnya.
Ia juga mengatakan, kondisi rumahnya sudah tak memungkinkan untuk berlindung. Sebab, atap rumah sudah mulai rusak oleh muntahan gunung aktif ini. Afan mersakan mulai sesak napas. "Napas sudah terganggu aroma belerang dan debu yang makin banyak," katanya.
Ia menuturkan, letusan Kelud diawali kilatan petir, kemudian disusul awan hitam membumbung. Tak lama kemudian material vulkanik keluar.