Sungai di Gunung Merapi Defisit Material  

Reporter

Selasa, 21 Januari 2014 14:59 WIB

Wisatawan menggunakan mobil Jip ketika mengikuti "Volcano Tour Merapi" di kawasan lereng Gunung Merapi, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, (29/12). Pada liburan Natal dan akhir tahun, jumlah wisatawan yang mengunjungi kawasan sisa erupsi Gunung Merapi 2010 meningkat hingga tiga kali lipat. ANTARA/Sigid Kurniawan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Material vulkanik Gunung Merapi pasca-erupsi 2010, sungai-sungai yang berhulu gunung itu sudah banyak berkurang, bahkan sudah defisit. Akibatnya, para penambang pasir mulai menggerus material lama.

Penambangan pasir dengan dalih normalisasi sungai akhirnya dihentikan pada 10 Desember 2013 lalu. Setelah dipetakan, rencananya penambangan material gunung itu diperbolehkan kembali pada Februari 2014. Sebab, dengan adanya hujan deras di puncak, lambat laun sungai-sungai itu kembali terisi pasir.

"Setelah berkoordinasi dengan instansi terkait, rencananya penambangan boleh dilakukan mulai Februari mendatang," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Sleman, Julisetiono Dwi Wasito, Selasa, 21 Januari 2013.

Penghentikan penambangan pasir dituangkan melalui Surat Keputusan Bupati Nomor 284/Kep.KDH/A/2011. Jika ada penambang yang nekat, maka dinilai ilegal. Sebab, pemerintah daerah belum mengeluarkan izin kembali.

Meski demikian, masih ada penambang nekat. Akibatnya, saat banjir terjadi, ada dua orang hanyut dan tewas, Minggu, 19 Januari 2013 lalu di Kali Gendol.

Sungai-sungai yang berhulu di Merapi, di wilayah Sleman, adalah Kali Gendol, Kali Opak, Kali Kuning, Kali Boyong dan Kali Krasak. Material vulkanik paling banyak ada di Kali Gendol.

Faktor cuaca, kata Julisetiono, juga dipertimbangkan kenapa penambangan dilarang. Sebab, jika hujan deras menggyur puncak gunung, potensi banjir yang membawa material vulkanik masih ada. "Hujan deras berdurasi 20 menit saja bisa ada banjir. Penambangan di badan sungai sangat riskan," kata Juli.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Sleman, Makwan, mengatakan kebanyakan penambang yang menkadi korban dari luar Sleman. Kemungkinan karena faktor ketidaktahuan dan mengabaikan peringatan.

Selain itu, banjir di sungai sangat cepat sehingga penambang tidak siap dan tersapu banjir bandang. "Mungkin juga karena tidak paham dan sudah telanjur datang dengan membawa truk dari luar daerah," kata dia.

MUH SYAIFULLAH

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

7 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Libur Lebaran Hampir Selesai, Sleman Siapkan Sederet Event untuk Dongkrak Jumlah Wisatawan

13 hari lalu

Libur Lebaran Hampir Selesai, Sleman Siapkan Sederet Event untuk Dongkrak Jumlah Wisatawan

Sleman menggelar sejumlah atraksi, mulai dari kesenian tradisional hingga pentas musik pada 13 hingga 15 April 2024.

Baca Selengkapnya

Pasar Takjil Lereng Gunung Merapi Disiapkan Jadi Embrio Festival Kuliner Libur Lebaran

29 hari lalu

Pasar Takjil Lereng Gunung Merapi Disiapkan Jadi Embrio Festival Kuliner Libur Lebaran

Pasar takjil di Kaliurang lereng Gunung Merapi akan diubah menjadi Festival Kuliner Kaliurang selama libur Lebaran.

Baca Selengkapnya

Banyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps

30 hari lalu

Banyak Jalur Rawan di Sleman Yogyakarta, Jembatan Lereng Merapi Diusulkan Dihapus dari Google Maps

Pemudik dan wisatawan diminta cermat memilih jalur yang aman saat ke Sleman, Yogyakarta, tak semata mengandalkan Google Maps.

Baca Selengkapnya

Awan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini

39 hari lalu

Awan Hujan Minim, Kondisi Perairan Selatan Yogyakarta Juga Diprediksi Lebih Ramah Pekan Ini

Wisatawan yang berencana melancong ke Yogyakarta pekan ini diprediksi dapat menikmati kondisi cuaca yang lebih cerah dibanding pekan lalu.

Baca Selengkapnya

Erupsi Gunung Merapi: Jarak Luncur Awan Panas Melebihi Kebiasaan

54 hari lalu

Erupsi Gunung Merapi: Jarak Luncur Awan Panas Melebihi Kebiasaan

Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas. Tiga dari tujuh awan panas guguran tadi sore jarak luncurnya melampaui 2.000 meter.

Baca Selengkapnya

Erupsi Gunung Merapi Kembali Mengeluarkan Awan Panas

54 hari lalu

Erupsi Gunung Merapi Kembali Mengeluarkan Awan Panas

Gunung Merapi kembali erupsi dan mengeluarkan awan panas guguran sebanyak tujuh kali pada Senin sore. Awan panas menuju arah barat daya.

Baca Selengkapnya

Libur Akhir Pekan di Lereng Merapi, Perhatikan Catatan BPPTKG dan Rekomendasi Daerah Aman

57 hari lalu

Libur Akhir Pekan di Lereng Merapi, Perhatikan Catatan BPPTKG dan Rekomendasi Daerah Aman

Destinasi destinasi di lereng Merapi menjadi salah satu favorit wisatawan saat berakhir pekan.

Baca Selengkapnya

Sambut Hari Raya Nyepi 1946 Caka, Upacara Giri Kerti Digelar Di Kaliurang

24 Februari 2024

Sambut Hari Raya Nyepi 1946 Caka, Upacara Giri Kerti Digelar Di Kaliurang

PHDI menggelar Upacara Giri Kerti untuk menyambut Hari Raya Nyepi 1946 Caka, di Kaliurang Park, Hargobinangun, Pakem, Sleman

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Terasa Gerah dalam Beberapa Hari Terakhir, Ini Penyebabnya

20 Februari 2024

Yogyakarta Terasa Gerah dalam Beberapa Hari Terakhir, Ini Penyebabnya

Gerahnya suhu cuaca di Yogyakarta itu dirasakan warga menyusul makin jarangnya hujan turun terutama di wilayah perkotaan.

Baca Selengkapnya