Eks Kombatan Moro: Bom Malang Adalah Respons terhadap Polisi
Editor
Kukuh S Wibowo Surabaya
Kamis, 9 Januari 2014 20:45 WIB
TEMPO.CO, Lamongan - Eks kombatan Afganistan, Moro, dan Ambon, Ali Fauzi, 43 tahun, menduga bom yang meledak di bilik anjungan tunai mandiri (ATM) Bank Mandiri, Karangploso, Malang, merupakan bikinan kelompok yang marah kepada polisi. Tak tertutup kemungkinan, kata dia, pangkal kemarahan ini adalah tudingan polisi terhdap buku Tadzkirah karya Abu Bakar Ba'asyir yang dianggap melegalkan perampokan dan terorisme di Indonesia. "Intinya, pelaku ini adalah orang-orang yang sakit hati," ujar Ali, Kamis, 9 Januari 2014.
Menurut Ali, kelompok yang melakukan aksi "bom buta" (tanpa sasaran) bisa jadi semacam respons balik terhadap sikap polisi. Misalnya, dalam kaitan dengan sikap dan statement polisi atas buku Ba'asyir yang dianggap bisa memprovokasi para teroris untuk melakukan tindakan kriminalitas. Pernyataan tersebut, ujar Ali, bisa melukai perasaan orang-orang yang bersimpati pada Ba'asyir.
Seharusnya, adik pelaku bom Bali, Amrozi dan Ali Ghufron, ini melanjutkan, polisi tidak memberi pernyataan yang menuduh Ba'asyir karena bisa menyinggung perasaan simpatisannya. Ketersinggungan itu, menurut dia, bisa menjadi motivasi aksi nekat pelaku teror. "Seperti membangunkan macan tidur," tuturnya.
Ali menambahkan, dilihat dari motifnya, pelaku peledakan di Malang memilih sasaran di ruang publik yang tidak terlalu dipantau petugas. Gerakan seperti ini, ujar pengasuh Pondok Pesantren Al Islam, Tenggulun, Solokuro, Lamongan, ini, mudah dibaca dan dipahami. Karena itu, hal ini tentu bagian yang harus disadari dan dimengerti polisi. "Ini semacam sinyal protes," ucapnya.
SUJATMIKO