Wildebeest berkumpul di tepi sungai Mara, bersiap menyeberangi sungai tersebut di Maasai Mara Game Reserve, Kenya, (4/12). Wildebeest hidup berkelompok untuk menghadapi ancaman predator mereka, seperti singa, cheetah, hyna, macan tutul, dan buaya. AP/Rebecca Blackwell
TEMPO.CO, Surabaya - Pengelolaan Kebun Binatang Surabaya mencapai titik terendah. Sepekan ini setelah ada singa yang mati merana terjerat kawat baja, ternyata juga ada Wildebeest yang juga mati. Binatang seperti sapi asal Afrika ini meregang nyawa Senin 6 Januari 2014.
Anehnya, Kaspe menyalahkan cuaca yang kerap hujan sebagai biang kematian Wilderbeest. “Kondisi cuaca yang lembab memang bisa menyebabkan seekor satwa mengalami kembung,” kata Liang Kaspe, ketika dihubungi Tempo, Rabu, 8 Januari 2013.
Matinya Dedy membuat KBS tingga memiliki satu koleksi gnu asal Afrika. Saat ini hanya tersisa gnu betina yang masuk ke KBS bersamaan dengan Dedy pada 23 April 2013.
Mengawali pekan ini, KBS kembali menjadi sorotan. Kebun binatang tertua di Indonesia itu kehilangan dua koleksi satwa, yakni seekor gnu atau wilddebeest dan seekor singa.
"Dalam dua hari kemarin, dua satwa KBS mati, ada gnu dan singa," kata jurubicara KBS Agus Supangkat.
Selasa, 7 Januari 2014, seekor singa jantan bernama Michael mati di kandang tidurnya karena terlilit kawat. Menurut Agus, kawat seling berbahan tembaga berdiameter 3 sentimeter tersebut berfungsi sebagai penarik pintu kandang. "Dia terlilit kawat dan posisinya menggantung," kata Agus.
Michael yang merupakan satwa titipan Badan Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Timur ini baru berusia 1,5 tahun. Ia didatangkan ke KBS pada 28 Maret 2013.