TEMPO.CO, Sleman--Akibat hujan yang sering mengguyur Yogyakarta, beberapa ruas jalan tergerus. Akibatnya, terjadi lubang besar hingga berdiameter 2 meter lebih. Seperti yang terjadi di jalan Adi Sucipto, persisnya di depan museum Afandi, Ahad 29 Desember 2013.
Air irigasi di bawah jalan utama Solo-Yogyakarta itu ambrol dan mengakibatkan lubang sedalam lebih dari dua meter. Lalu lintas padat tak terhidarkan karena jalan yang difungsikan hanya separuhnya.
"Untuk sementara kami tutup dulu irigasinya, lalu diurug dengan material kelas satu," kata Bagus Permana, Staf Pelaksanaan Rutin, Pejabat Pembuat Komitmmen Yogyakarta-Parangtritis Congot, Bidang Bina Marga, Dinas Pekerjaan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta.
Setelah lubang besar itu ditutup, lalu untuk lebih aman, di atas bekas lubang diberi pelat baja supaya jika dilintasi kendaraan tetap kuat. Jalur irigasi itu merupakan bangunan peninggalan zaman Belanda. Aliran air irigasi sawah dari Kali (sungai) Gajahwong itu seharusnya mengairi persawahan di kota Yogyakarta dan Bantul.
Tetapi karena kondisi darurat, apalagi musim libur akhir tahun, dengan berkoordinasi dengan bagian pengairan, aliran itu ditutup. Jika tidak ditutup maka gerusan air itu akan mengakibatkan jalan ambles lebih besar lagi. "Sudah mulai ditutup, dibutuhkan urug sekitar dua truk, setelah tertutup akan dilapisi pelat baja dua milimeter," kata Bagus.
Karena masih sementara, setelah tahun baru jalan yang berlubang besar itu akan diperbaiki secara permanen. Sehingga tidak dikhawatirkan kembali adanya jalan ambles.
Akibat adanya lubang besar itu, kendaraan dari arah timur dialihan di sekitar jembaran layang Janti ke arah Jogja Expo Center. Sehingga arus kendaraan berkurang.
Menurut Harry Agus T, Kepala Seksi Manajemen Lalu Lintas, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Daerah Istimewa Yogyakarta, kejadian adanya lubang itu sekitar pukul 08.00 WIB. Tidak ada kendaraan yang menjadi korban.
Saat musim hujan, kata dia, air merupakan musuh utama jalan aspal. Karena air masuk pori-pori dan memperlebar lubang pori-pori aspal. Maka sangat mudah air menggerus dan mengakibatkan ambles. "Musuh jalan aspal itu air, air dan air," kata dia.
Ia menjelaskan, selain air yang menggerus di bawah, air di permukaan sangat mudah masuk ke pori-pori jalan. Apalagi drainase banyak yang tertutup akibat pembangunan sekitar jalan. Bahkan pedagang kaki lima juga sering membuat drainase tersumbat karena sampah sering dibuang sembarangan.
"Yang perlu juga diwaspadai adalah jalan yang di dekat jembatan, jika aspal mengelupas maka pori-pori jalan semakin lebar dan mudah membuat jalan ambles," kata Harry.
Jalan yang riskan ambles adalah jalan lingkar utara di timur markas Polda Daerah Istimewa Yogyakarta. Jalan itu sudah terlihat cekung. Jika tidak segera ditangani dikhawatirkan akan ambles dan bisa mencelakakan pengguna jalan. "Bahkan Jalan Kaliurang jika hujan deras mengguyur sudah mirip sungai. Karena drainase di pinggiran jalan tidak bisa menampung arus air hujan lebat," kata dia.
MUH SYAIFULLAH
Terpopuler:
Haul Gus Dur, Butet Mengolok-Olok Prabowo?
Sutarman: Ucapan Gus Dur Manjur
Kecelakaan Maut Probolinggo, 15 Tewas
Kata Rhoma, Jokowi yang Mengajaknya Duet
Berita terkait
Cerita dari Kampung Arab Kini
12 hari lalu
Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.
Baca SelengkapnyaBegini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X
16 hari lalu
Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi
Baca SelengkapnyaMenengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta
52 hari lalu
Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755
Baca SelengkapnyaDI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah
56 hari lalu
Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram
Baca SelengkapnyaKetua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan
4 Maret 2024
Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.
Baca SelengkapnyaBadai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan
20 Januari 2024
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.
Baca SelengkapnyaYogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu
4 Januari 2024
BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.
Baca SelengkapnyaGunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak
8 Desember 2023
Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.
Baca SelengkapnyaKader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya
8 Desember 2023
Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman
Baca SelengkapnyaBegini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa
8 Desember 2023
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejarah panjang hingga memiliki otonomi khusus. Berikut penjelasannya.
Baca Selengkapnya