Kondisi kota Brastagi yang diselimuti debu vulkanik erupsi Gunung Sinabung, dilihat dari Bukit Gundaling, Karo, Sumut (25/11). Debu vulkanik Sinabung menutupi hampir sebagian besar Kota Brastagi. ANTARA/Septianda Perdana.
TEMPO.CO, Medan--Enam pengungsi erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara diberbagai lokasi pengungsian meninggal dunia karena sakit. Namun penyebab pengungsi meninggal disebutkan bukan karena sakit setelah berada di pengungsian, melainkan sakit yang sudah diderita sebelum berstatus pengungsi (sakit lama).
Juru bicara Media Center Penanganan Bencana Gunung Sinabung Posko Kabanjahe, Jhonson Tarigan, mengatakan, enam pengungsi yang meninggal itu ada yang menderita gagal ginjal dan tekanan darah tinggi. "Bukan karena tidak cukup makan, minum dan sakit karena pelayanan di pengungsian," kata Tarigan kepada Tempo, Ahad 29 Desember 2013.
Ke enam pengungsi itu bernama Masri Kaban (42 tahun) penduduk Desa Tiganderket; Erlen Surbakti (70) penduduk Desa Guru Kinayan; Amal Sitepu (55) penduduk Desa Simacem; Idris Sembiring (55) penduduk Desa Guru Kinayan; Paijem Sembiring (70) penduduk Desa Guru Kinayan dan Noviana Pandia (32) penduduk Desa Guru Kinayan." Catatan media center, ke enam pengungsi meninggal sejak November akhir hingga pertengahan Desember 2013," ujar Tarigan.
Masih kata Tarigan, sejak di diagnosa sakit di tempat pengungsian, ke enam nya sempat dibawa ke rumah sakit berbeda di Kabanjahe dan ke Medan." Seperti pengungsi Amal Sitepu, sebelum meninggal, petugas posko sempat membawa nya berobat ke Rumah Sakit Evarina, Kabanjahe, 16 Desember lalu. Tapi nyawa nya tak tertolong," kata Tarigan.
Tarigan menegaskan, kematian enam pengungsi itu bukan karena gangguan kesehatan setalah berada di pengungsian. Dia mengatakan Pemerintah Kabupaten Karo tetap memperhatikan kondisi kesehatan termasuk makanan dan keperluan lainnya." Jadi tolong diluruskan, bahwa ke enam pengungsi meninggal karena sakit bawaan, bukan karena pemerintah tidak peduli pada pengungsi sehingga jatuh sakit." tutur Tarigan.